Bagaimana para juri lomba burung seharusnya menilai keindahan atau
kehebatan seekor burung pleci sehingga dia akan dinobatkan sebagai
burung juara? Standard penilaian seperti apa yang selayaknya digunakan
dalam menilai nyanyian burung pleci.
Itulah dua poin pijakan yang digunakan Om Budi Prawoto ketika menulis artikel Wacana Pengetahuan Dasar Guna Menilai Keindahan Suara Burung. Artikel tersebut disajikan ketika dia menjadi narasumber di acara Musyawarah Nasional (Munas) I Plecimania di Yogyakarta 7 Januari 2012.
Artikel dengan referensi dari http://www.timbrado.com
itu saya sajikan untuk Anda sebagai pengetahuan atau informasi tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan suara atau nyanyian burung. Sajian
ini saya bagi dalam beberapa artikel yang saya turunkan secara
bersambung.
Penjelasan umum
Pertama kali ketika telinga kita mendengar seekor burung meniupkan
udara dari paru-paru hingga melalui pita suara mereka, maka telinga kita
mendengar sebuah gabungan suara-suara yang dihasilkan dari
getaran-getaran selaput /membran pita suara. Suara-suara tersebut dapat
dengan jelas ditulis dalam sebuah nada-nada lagu sebagaimana kita
membaca not-not lagu yang biasa kita jumpai dalam berbagai macam musik
yang kita jumpai secara umum.
Udara yang menggetarkan pita suara burung menghasilkan melodi, dan akhimya membentuk sebuah musik.
Sebagaimana kita tahu dan fahami bersama bahwa suara-suara yang
mereka lantunkan membentuk tiga komponen utama dalam sebuah musik yaitu;
ritme (irama), melodi (lagu), dan harmoni (keselarasan).
Pada saat yang sama telinga kita dapat dengan jelas membedakan
kesetaraan suara, suara vokal dan suara konsonan yang membentuk alunan
musik yang dihasilkan oleh seekor burung pada saat mereka berkicau.
Akhirnya kita tahu bahwa sangat penting imtuk menguasai pengetahuan
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan SUARA sebagai sebuah
perantara fisik dan MUSIK sebagai perpaduan suara. Kedua komponen
tersebut merupakan komponen penting dalam kicauau burung dan pen
getahuan tersebut sangat bermanfaat bagi kita para pengbobis burung
berkicau, agar dapat memiliki pemahaman yang lebih baik dalam mengamati
lembar penilaian, serta memberikan tambahan pengetahuan tentang suara,
sehingga dapat memberikan penjelasan kepada orang lain secara jelas dan
mudah dipahami.
Ketika telinga kita mendengar burung berkicau, kita sedang
mendengarkan SUARA, yang mungkin bagus atau jelek, tergantung apakah
suara tersebut memiliki nuansa musik dan lagu atau hanya sekedar sebagai
sebuah BUNYI yang sederhana. Pertama kali saat telinga kita mendengar
suara, kita merasakan perbedaan tersebut (SUARA SEBAGAI MUSIK + LAGU
atau SEKEDAR BUNYI).
Sangat diperlukan bagi kita untuk tahu apa yang membuat perbedaan tersebut.
Secara teori tidaklah begitu jelas dinyatakan perbedaan antara BUNYI
dan MUSIK, karena terkadang ada musik yang terdengar hanya seperti
bunyi-bunyian saja dan sebaliknya terkadang BUNYI dapat menyerupai suara
musik ketika berpadu dengan suara-suara lain.
Secara tegas dapat disampaikan perbedaan antara keduanya adalah:
– Dalam musik sangatlah mungkin kita menentukan intonasi (nada)-nya
dan vibrasi atau getaran yang dihasilkan adalah konsisten (tetap).
– Dalam bunyi getaran yang dihasilkan tidak teratur dan sangat tidak mungkin untuk menentukan nadanya.
Suara
Suara adalah sebuah sensasi yang dihasilkan oleh organ pendengaran
karena adanya gerakan vibrasi anggota tubuh yang disalurkan melalui
media elastis seperti udara sebagai contohnya.
Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tubuh hanya memproduksi suara
jika terdapat getaran yang cukup. Gelombang getaran dapat dihasilkan
oleh media yang elastis, karena terbukti bahwa suara tidak dapat
terkirim dalam ruang hampa udara. Kecepatan penyebaran suara sangat
bervariasi, tergantung dari media itu sendiri.
Misalnya, di udara dengan temperatur 0 derajad, kecepatan suara
adalah 331 meter per detik dan bertambah rata-rata 0,6 meter per detik
setiap terdapat kenaikan temperatur.
Gelombang yang dihasilkan oleh suara dipancarkan oleh udara, dikenali
oleh gendang telinga dan masuk ke dalam liang telinga bagian dalam, di
mana syaraf terakhir mengirimkan ke otak dan dengan segera mengenali
suara tersebut dan memberikan infomasi tentang apa yang kita dengar.
Maka dapat dikatakan bahwa melalui nada getaran, harmoni yang menyertai,
berikut dengan intensitasya, kita dapat mengenal karakteristik suara
dan dari mana suara itu berasal.
Suara sebagai aspek fisik dapat dikatakan bahwa suara adalah alat yang
terbentuk dari getaran energi dan menyebabkan sensasi audiotori,
sedangkan getaran tersebut terbentuk dalam jarak tertentu.
Harmoni sederhana sebuah getaran organ tubuh dihantarkan oleh media
elastis di sekelingnya, kemudian menimbulkan sejumlah penekanan dan
pembiaran yang menyebar dari asal suara. Penekanan dan pembiasan
tersebut membentuk sebuah pergerakan gelombang longitudinal (membujur)
yang memiliki kecepatan terbatas dan keanekaragaman pantulan,
penyebaran, percampuran dan pembiasan.
1. Pantulan adalah peristiwa akustik yang
berhubungan dengan perubahan arah atau gema gelombang suara ke arah
asalnya bilamana dalam perjalananya menemui sebuah area dengan kepadatan
yang memadai.
2. Penyebaran adalah peristiwa akustik yang
berhubungan dengem perubahan arah gelombang suara dari sebuah media ke
media lain dengan kepadatan yang berbeda.
3. Percampuran adalah peristiwa akustik yang
berhubungan dengan efek yang dihasilkan oleh dua atau lebih gelombang
suara yang dalam pertemuan tersebut cenderung saling menetralkan atau
menambah dengan sebuah kombinasi yang berlainan (tahap baru).
4. Pembiasan adalah peristiwa akustik dimana
gelombang suara berputar arah (berbelok) ketika mereka melintasi tepi
sebuah rintangan/penghalang.
Semua peristiwa akustik di atas dari hasil-hasil karaktensik media
yang menyebarkan gelombang suara, dapat menyebabkan perubahan kualitas
suara asli saat dipancarkan di dalam suara aslinya dan menyebabkan
karakteristik suara asli terdistorsi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment