Kicauan burung dilantunkan untuk berbagai alasan. Pada umumnya nyanyian
tersebut merupakan sebuah bentuk komunikasi berupa gelombang suara untuk
menyatakan hak atas teritorial dan sebagai daya tarik seksual sebagai
fungsi utama. Teritonal adalah lagu ketika seekor burung, dengan teman
sejenisnya, menandai dan mengidentifikasi kepada hewan lainnya bahwa
daerah ini adalah miliknya.
Lagu seksual dipakai untuk menarik dan menaklukkan betina.
Bentuk nyanyian tergantung dari apa yang terjadi pada hormon testosterone (burung jantan).
Evolusi nyanyian secara rinci berhubungan dengan pertambahan kadar
hormon pada darah burung. Hal ini dibuktikan pada daerah di otak yang
mengendalikan nyanyian, terutama di High Vocal Center, yang ukurannya
akan membesar atau mengecil tergantung pada kadar testosteron di darah.
lriformasi nyanyian dikirim dari High Vocal Center ke Robust Nucleus
di Archistriatum dan dari sini ke Hypoglossal Nuclei yang mempengaruhi
otot pada pita suara, yakni organ yang memproduksi suara pada burung.
Bagaimana Burung Bernyanyi?
Pada saat udara yang disimpan di paru-paru dikeluarkan, maka mereka
akan melalui pita suara yang terletak di dekat batang tenggorokan,
mengakibatkan getaran atau vibrasi pada membran organ ini.
Dalam tubuh burung organ yang bergetar ini disebut membran
tympaniforms. Dalam proses memproduksi suara, yang berperan penting
adalah otot sternum-tracheal (sterno-trachealis) dan sekelompok dari
lima atau tujuh pasang otot kecil di dalamnya yang dapat memanjang dan
berkontraksi dengan pita suara, mampu membuat berbagai macam frekuensi
atau nada suara.
Pita suara memproduksi suara dasar tetapi untuk mengerti hasil akhir
apa yang kita dengar, kita harus tahu bahwa rongga mulut (lidah dan
paruh) sangat berpengaruh karena organ ini berperan sebagai artikulasi
akhir sewaktu suara tersebut diproduksi.
Nyanyian burung benar-benar komplek dan seluruh organ memegang peran
penting dalam proses produksi suara. Beberapa penelitian mencatat adanya
dua tipe artikulasi suara pada burung : suara tekak (dominan di irama
lagu yang tenis menerus [continuous]) dan lidah. Hal ini menjawab
mengapa burung (termasuk pleci) dapat bemyanyi beraneka ragam variasi.
Meniru Suara Lain
Konsep ini berarti pembentukan kata dengan menirukan suara lain. Saat
berbicara tentang lagu Pleci kita menggunakan istilah menirukan suara
lain untuk mempersamakan suara nyanyian Pleci dengan huruf vokal dan
konsonan dari alfabet manusia untuk mempermudah pengartian suara.
Suku Kata
Dalam hal ini setelah peniruan suara lain disampaikan dengan suara
dengan hurif vokal dan konsonan, kita menyesuaikan konsep ini ke dalam
tatabahasa sebagai “artikulasi suara yang disusun sebagai sebuah cara
bernyanyi”.
Selanjutnya kita dapat mengatakan bahwa pleci bernyanyi dengan suku
kata, sebagai contoh: “ri”, “ro”, “bu”, “in”, “ti”, “long “, “glu”,
“glui”, “fiu” dan lain-lain.
Diftong
Seperti hal yang tertulis di atas yang menggunakan suku kata,
sekarang setelah kita mengetahui bahwa menirukan suara lain yang
diterjemahkan oleh pleci menjadi huruf vokal, kita dapat mendefinisikan
pernyataan ini sebagai “dua huruf hidup berurutan yang menjadi satu suku
kata”. Sebagai contoh diftong yang diriyanyikan: ‘tui’ dan ‘glui’,
‘ui’ adalah suku kata dari ‘tui` dan ‘ui’ adalah suku kata ‘glui’, dan
seterusnya.
Triftong
Pengertiannya sama seperti diftong tetapi dalam hal ini suku kata
terdiri dari 3 huruf vokal. Sebagai contoh dalam lagu pleci adalah
sebagai berikut: “oui” adalah suku kata “bloui’ dan “iau” adalah suku
kata dari “piau”
Nada
Dalam hal ini kita mempersamakan konsep ini seperti konsep kata dalam
tatabahasa, atau dengan kata lain, nada ditulis dengan menggabungkan
suku kata yang tertulis dalam standar atau pakem lagu yang dalam bal ini
tertulis dalam Song Codes.
Hal yang sama terlihat ketika kata tertulis dalam satu atau beberapa
suku kata, kita mengklasifikasikan nada tersebut sebagai suku kata
tunggal jika variasi lagu terbentuk dari satu suku kata dan suku kata
jamak jika variasi lagu terbentuk dari beberapa suku kata.
Sebagai contoh suku kata tunggal “ri”, “re”, “ro”, “ru”, “bu”, “un”, “clak”, “clok”, “lu”, “fui”, “piau”, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh suku kata jamak. “tu-li”, “to-li”, “ti-ling”, “pi-yo”, “ti-ro-ri”, dan lain sebagainya.
Rangakaian Variasi Lagu
Kita akan mendefinisikan rangkaian variasi sebagai sebuah rangkaian
dan variasi-variasi lagu yang dinyanyikan oleh pleci, berhubungan satu
dengan yang lain, yang menggunakan suku kata dan karakteristik irama
seperti apa yang dicantumkan dalam standar atau pakem.
Variasi, sesuai dengan nada yang membentuknya, akan diklasifikasikan menjadi dua yakni:
– Variasi yang dapat dibentuk dengan huruf vokal dan konsonan,
seperti konscnan “l” dan “n” dan vokal “e” di variasi “jingle bell”
(lenlenlen..), atau konsonan “c”, “l”, “k”di dalam variasi “castanet”
(clakclakclak… ), dan lain sebagainya.
– Variasi yang tidak dapat dibentuk dengan alfabet. Kita akan
mengetahui hal ini dalam contoh lagu ‘flourish’, ‘slow flourish’ dan di
variasi ‘conjoined’.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment