Penjualan burung pleci atau burung kacamata
bakalan di Kota Mojokerto dalam beberapa pekan ini melonjak tajam.
Pedagang burung di pasar burung Empu Nala, merasa kualahan melayani
pembeli. Tak hanya dari dalam kota permintaan terus mengalir, akan
tetapi permintaan dari luar daerahpun tidak sedikit.
Teguh, pedagang burung spesialis kenari
yang akrab dipanggil Teguh Kenari, mengaku pasaran kenari agak
tersendat karena seretnya pasokan. Padahal, minat pembeli burung pemakan
biji bijian yang satu ini, masih cukup tinggi.
Karena seretnya pasokan kenari itulah dia mendatangkan berbagai jenis burung bakalan dari beberapa wilayah. Termasuk pleci yang sedang digandrungi penghobi, lantaran hampir di setiap lomba saat ini, dibuka kelas tersendiri untuk pleci.
Untuk mengatasi jumlah permintaan yang terus melambung, kiriman rutin dari pengepul burung asal Surabaya sangat dia harapkan.
Ada dua kelompok
Pedagang burung yang dilahirkan 35 tahun silam itu mengatakan ada dua
kelompok jenis pleci yang dijual. Ada perbedaan harga di antara
masing-masing kelompok pleci yang dijual, yakni berdasar postur dan
daerah asal.
Kelompok pertama, burung pleci pasokan dari daerah Malang. Jenis ini
mudah dikenali dari ciri bentuk tubuh yang rata-rata kecil. Dada
terlihat relatif kecil dan warna bulu
mulai kepala hingga ekor dominan sama, hijau kekuning-kuningan. Satu
jenis yang lainnya memiliki postur lebih panjang dan warna bulu dada agak terang menuju ke warna putih kombinasi abu-abu. Harga per ekor keduanya sama antara 20 hingga 30 ribu rupiah.
Kelompok kedua, pasokan dari daerah Sumbawa. Dengan ciri berpostur lebih besar. Bentuk dada Iebih lebar dan warna bulu
sama dengan kelompok pertama. Hanya saja untuk jenis warna bulu dada
cerah putih abu-abu, belum ada. Kisaran harga setiap ekornya 35 ribu
rupiah.
Saat ditanya pleci dari daerah mana yang laris manis, pedagang yang
menekuni bisnis burung sejak tahun 2000 itu mengatakan pleci asal daerah
Malang laku keras. la menambahkan, sebagian besar para pembeli
beralasan, bahwa ciri-ciri fisik pleci juara di lapangan sementara ini
identik dengan kelompok pertama yang berpostur mungil.
Sedangkan untuk pleci kelompok kedua dengan postur lebih bongsor,
mereka masih harus diuji di lapangan dan karenanya masih menjadikan
banyak orang penasaran. Dengan modal tubuh lebih besar, diharapkan lebih
baik dan menarik. Minimal volume suara yang dilontarkan bisa Lebih
keras.
Yang jelas, paling lama dalam seminggu, tak kurang dari 500 ekor
pleci bakalan dari dua kelompok tersebut, laku terjual. Baik dijual
secara eceran atau dalam jumlah banyak atau borongan yang akan
diperdagangkan lagi di pasar burung lain. (Referensi: BnR)
Burung pleci Malang lebih laris ketimbang asal Sumbawa di Mojokerto
Thursday, May 7, 2015
Direndang tiap malam: Merawat pleci jawara ala Ikhsan Jakarta
Menstabilkan performa burung pleci atau burung kacamata adalah persoalan
utama yang selama ini dirasakan para plecimania. Bagaimana
mengondisikannya? Ikhsan, kicaumania dari Paris Team berbagi tips.
Menurut pria pengorbit beberapa pleci jawara ini, hal yang perlu diketahui adalah bagaimana karakter sebenarnya burung tersebut. Sifat burung yang kerap bergerombol di habitatnya membuat burung merasa nyaman bila dalam kesehariannya didekatkan dengan burung sejenis.
“Makanya, kalau malam direndeng saja dijadikan satu tidak usah dikerodong. Biarkan saling melihat satu sama lain,” ungkap Ikhsan yang sukses mengorbitkan beberapa pleci jawaranya seperti Bourju, Si Hitam, Si Putih dan Bejo ini kepada Agrobis Burung (Agrobur).
Jadi, dalam kesehariannya tidak perlu dikrodong. Kecuali menjelang dibawa ke lapangan, burung tetap perlu ditutup. Hal yang lebih penting lagi, menurut Ikhsan, air minum maupun pakannya harus diganti setiap harinya – bahkan sehari bisa 2-3 kali, karena burung pleci kalau mandi cukup di cepuk tempat minumnya. Dengan demikian dalam sehari harus diganti beberapa kali supaya burung lebih nyaman.
Mengenai pola rawatan burung yang dia lakukan selama ini, dia mengatakan dimulai dari penjemuran burung satu atau dua jam kemudian dianginkan di tempat sejuk. Selanjutnya burung dibiarkan mandi di cepuk tempat air minumnya. Selesai burung mandi, air segera diganti dengan yang baru. Begitu pakannya, isi dengan yang baru.
Untuk memaster burung ini, dia selama ini cukup menggunakan burung kecil seperti kenari, kolibri juga dengan tonjolan lovebird.
Kecial Lombok Merebak
Sementara itu dari Solo, Malang dan Sidoarjo dilaporkan, naiknya pamor pleci di Pulau Jawa, membawa sentimen positif buat pleci lombok (burung kecial). Di beberapa kota-kota itu, burung jenis ini selalu ramai diburu kicaumania. Pasokan kecial dan Pulau Lombok makin meningkat. Para pengepul di Jawa mulai kebanjiran permintaan khususnya kecial bakalan.
Untuk menentukan bakalan berkualitas, ada trik yang dapat membantu kicaumania memilih bakalan yang mempunyai prospek di lapangan. Bambang, salah seorang kecialmania di Sidoarjo, mengatakan untuk menentukan bakalan berkualitas bisa diawali dari ciri fisik. Antara lain, pilih bakalan yang mempunyai postur ideal, bermental tarung dan sehat.
“Untuk memilih bakalan berkualitas belum banyak kriteria seperti seekor jawara lomba. Terpenting adalah mental dan fisik,” kata Bambang sebagaimana dikutip Agrobur.
Mengenai materi lagu, kicaumania perlu mengisi dengan master-master yang sesuai untuk jenis ini. Pasalnya, kecial bakalan belum banyak menerima lagu-lagu master. Lazimnya mereka masih membawakan lagu alasan.
“Kelihatan kok kalau kecial punya mental bagus, burungnya pasti berdiri tegak dan aktif. Postur tubuhnya juga atletis,” lanjut pemilik Jendral, kecial yang sering meretas prestasi di even-even Sidoarjo.
Dengan harga jual relatif terjangkau, kicaumania akar rumput bisa memilih jenis ini sebagai andalan untuk meretas prestasi di berbagai even.
Bagaimana kabar pleci Anda, sobat?
Menurut pria pengorbit beberapa pleci jawara ini, hal yang perlu diketahui adalah bagaimana karakter sebenarnya burung tersebut. Sifat burung yang kerap bergerombol di habitatnya membuat burung merasa nyaman bila dalam kesehariannya didekatkan dengan burung sejenis.
“Makanya, kalau malam direndeng saja dijadikan satu tidak usah dikerodong. Biarkan saling melihat satu sama lain,” ungkap Ikhsan yang sukses mengorbitkan beberapa pleci jawaranya seperti Bourju, Si Hitam, Si Putih dan Bejo ini kepada Agrobis Burung (Agrobur).
Jadi, dalam kesehariannya tidak perlu dikrodong. Kecuali menjelang dibawa ke lapangan, burung tetap perlu ditutup. Hal yang lebih penting lagi, menurut Ikhsan, air minum maupun pakannya harus diganti setiap harinya – bahkan sehari bisa 2-3 kali, karena burung pleci kalau mandi cukup di cepuk tempat minumnya. Dengan demikian dalam sehari harus diganti beberapa kali supaya burung lebih nyaman.
Mengenai pola rawatan burung yang dia lakukan selama ini, dia mengatakan dimulai dari penjemuran burung satu atau dua jam kemudian dianginkan di tempat sejuk. Selanjutnya burung dibiarkan mandi di cepuk tempat air minumnya. Selesai burung mandi, air segera diganti dengan yang baru. Begitu pakannya, isi dengan yang baru.
Untuk memaster burung ini, dia selama ini cukup menggunakan burung kecil seperti kenari, kolibri juga dengan tonjolan lovebird.
Kecial Lombok Merebak
Sementara itu dari Solo, Malang dan Sidoarjo dilaporkan, naiknya pamor pleci di Pulau Jawa, membawa sentimen positif buat pleci lombok (burung kecial). Di beberapa kota-kota itu, burung jenis ini selalu ramai diburu kicaumania. Pasokan kecial dan Pulau Lombok makin meningkat. Para pengepul di Jawa mulai kebanjiran permintaan khususnya kecial bakalan.
Untuk menentukan bakalan berkualitas, ada trik yang dapat membantu kicaumania memilih bakalan yang mempunyai prospek di lapangan. Bambang, salah seorang kecialmania di Sidoarjo, mengatakan untuk menentukan bakalan berkualitas bisa diawali dari ciri fisik. Antara lain, pilih bakalan yang mempunyai postur ideal, bermental tarung dan sehat.
“Untuk memilih bakalan berkualitas belum banyak kriteria seperti seekor jawara lomba. Terpenting adalah mental dan fisik,” kata Bambang sebagaimana dikutip Agrobur.
Mengenai materi lagu, kicaumania perlu mengisi dengan master-master yang sesuai untuk jenis ini. Pasalnya, kecial bakalan belum banyak menerima lagu-lagu master. Lazimnya mereka masih membawakan lagu alasan.
“Kelihatan kok kalau kecial punya mental bagus, burungnya pasti berdiri tegak dan aktif. Postur tubuhnya juga atletis,” lanjut pemilik Jendral, kecial yang sering meretas prestasi di even-even Sidoarjo.
Dengan harga jual relatif terjangkau, kicaumania akar rumput bisa memilih jenis ini sebagai andalan untuk meretas prestasi di berbagai even.
Bagaimana kabar pleci Anda, sobat?
Gejala serangan cacing pada burung merpati dan kicauan mirip CRD
erangan cacing pada tubuh burung merpati
balap, tidak hanya mengakibatkan tubuh pernbalap kurus kering dan minim
stamina. Namun, bila tak terdeteksi secara dini, penyakit ini bisa
menyamai akibat penyakit CRD atau sering disebut dengan tetelo.
Hanya saja, kalau tetelo, susah sekali obatnya. Apalagi jika kepala sudah tengleng dan posisi kepala ketika burung berjalan selalu ke bawah. Sedangkan untuk penyakit cacingan, jika kondisi merpati sudah tampak seperti terkena sakit CRD, maka sebenarnya serangan cacing dalam tubuh merpati sudah over.
Salah satu mania Semarang seperti dikutip Agrobis, ketika melihat merpatinya kelihatan tengleng, dia mengira merpati terjangkit tetelo. Dia pun langsung mengungsikan merpatinya. Namun, melihat dari tubuh yang makin kurus kering, dia berpikir hal itu beda dengan gejala penyakit tetelo.
Karena belum pernah mengalami hal seperti ini, maka dicoba untuk diobati dengan obat jenis tetelo. Padahal secara medis obat tetelo merpati belum ada. Alhasil, setelah diberi obat CRD, merpati tak kunjung sembuh dan berakhir kematian.
Penuh cacing
Setelah dilakukan bedah tubuh, tepatnya dalam daerah pencernaan, ternyata banyak cacing dengan berbagai bentuk dan model.
Akhirnya, diambil kesimpulan, kematian merpati ini bukan karena sakit CRD, melainkan akibat dan serangan cacing yang sudah kronis. Sehingga apa yang dimakan olehnya, tidak lagi menjadi energi atau gizi, melainkan langsung dikonsumsi oleh cacing.
“Mau tidak mau stamina selalu drop dan kondisi tubuh kurus kerng,” tegasnya.
Oleh karena itu, sebaiknya mania harus jeli dan sering mengontrol kondisi tinja yang dikeluarkan oleh merpati. Dan jika sudah ada kelainan, maka sebaiknya cepat-cepat diobati. ßiasanya, hal itu terjadi pada merpati pasca meloloh piyikan.
Untuk merpati ini, cacing cukup banyak terkandung dalam tubuhnya, dibanding dengan merpati yang sedang tidak meloloh.
Lain lagi menurut Heny Widodo, pemilik Kyky Poultry Sidoarjo, belakangan banyak mania merpati baik itu tinggian, balap dan pos konsultasi tentang merpati yang terjangkit cacingan. Dan berakhir merpati sekarat.
Untuk menanggulangi hal ini, sebaiknya mania harus jeli memilih obat cacing. Banyak macam obat cacing yang beredar di pasaran atau poultry, ada untuk ayam, untuk manusia atau lainnya. Sebaiknya pilih obat cacing khusus merpati. Sebab, berat tubuh antara ayam dan merpati jauh berbeda. Sehingga dosis yang digunakan juga lain.
Nah begitulah antara lain sobat merpati mania tentang bahaya cacing pada merpati yang harus diwaspadai sebagaimana ditulis kolom andhokan Agrobis Burung.
Pendapat Om Kicau:
Cacing memang bisa menyebabkan kematian jika telah melakukan serangan secara kronis pada alat pencernaan. Hal itu menyebabkan kurangnya daya serap sari makanan sehingga membuat burung merpati kekurangan nutrisi yang akhrinya memperlemah daya tahan tubuh.
Ketika daya tahan tubuh rendah, penyakit apapun mudah sekali menyerang. Bisa CRD atau jenis penyakit lainnya. Artinya, bisa saja merpati milik mania Semarang tersebut mati karena CRD dan kebetulan ketika dibedah di dalam ususnya terdapat beragam jenis cacing.
Untuk memberantas cacing di tubuh merpati, Anda bisa menggunakan AscariStop yang bisa mengatasi sejumlah jenis cacing di dalam tubuh burung.
Sebagaimana diketahui, cacing bisa menyebabkan burung macet bunyi, atau sama sekali tidak bisa terbang untuk merpati, kurus, dan mudah terserang penyakit.
AscariStop digunakan untuk indikasi burung lemah, nyekukruk, bulu mekar, pucat, mata terus berair dan gelisah karena adanya berbagai jenis cacing di dalam tubuh burung. AscariStop adalah obat anti-cacing (worming) powder yang mengandung zat aktif piperazin citrate dan dibuat khusus untuk burung peliharaan.
Banyak zat aktif yang bisa membunuh atau melumpuhkan cacing utama pengganggu burung (Ascaridia galli) seperti higromisin B dan kumafos, namun untuk kedua zat ini digunakan secara khusus jika cacingan dalam kondisi akut karena keduanya mengandung antibiotika yang pemberiannya memerlukan nasihat dokter hewan. Sementara piperazin citrate memiliki efek narkotika sehingga cacing dapat dikeluarkan dalam keadaan hidup oleh adanya peristaltic usus burung.
Untuk cara pakai, 1 sendok takar AscasiStop (yang disertakan di kemasan) dimasukkan ke dalam air 50 ml (seperempat gelas minum ukuran normal). Berikan ke burung merpati ketika tidak dijemur. Merpati yang akan diberi obat ini dijemur dulu sebentar tanpa air minum, setelah itu berikan larutan obat di tempat teduh.
AscariStop bisa digunakan secara rutin (sebulan sekali) karena setiap saat bisa saja ada telur cacing masuk bersama pakan atau air yang dikonsumsi burung merpati kita.
Stop cacing pada burung merpati….
Hanya saja, kalau tetelo, susah sekali obatnya. Apalagi jika kepala sudah tengleng dan posisi kepala ketika burung berjalan selalu ke bawah. Sedangkan untuk penyakit cacingan, jika kondisi merpati sudah tampak seperti terkena sakit CRD, maka sebenarnya serangan cacing dalam tubuh merpati sudah over.
Salah satu mania Semarang seperti dikutip Agrobis, ketika melihat merpatinya kelihatan tengleng, dia mengira merpati terjangkit tetelo. Dia pun langsung mengungsikan merpatinya. Namun, melihat dari tubuh yang makin kurus kering, dia berpikir hal itu beda dengan gejala penyakit tetelo.
Karena belum pernah mengalami hal seperti ini, maka dicoba untuk diobati dengan obat jenis tetelo. Padahal secara medis obat tetelo merpati belum ada. Alhasil, setelah diberi obat CRD, merpati tak kunjung sembuh dan berakhir kematian.
Penuh cacing
Setelah dilakukan bedah tubuh, tepatnya dalam daerah pencernaan, ternyata banyak cacing dengan berbagai bentuk dan model.
Akhirnya, diambil kesimpulan, kematian merpati ini bukan karena sakit CRD, melainkan akibat dan serangan cacing yang sudah kronis. Sehingga apa yang dimakan olehnya, tidak lagi menjadi energi atau gizi, melainkan langsung dikonsumsi oleh cacing.
“Mau tidak mau stamina selalu drop dan kondisi tubuh kurus kerng,” tegasnya.
Oleh karena itu, sebaiknya mania harus jeli dan sering mengontrol kondisi tinja yang dikeluarkan oleh merpati. Dan jika sudah ada kelainan, maka sebaiknya cepat-cepat diobati. ßiasanya, hal itu terjadi pada merpati pasca meloloh piyikan.
Untuk merpati ini, cacing cukup banyak terkandung dalam tubuhnya, dibanding dengan merpati yang sedang tidak meloloh.
Lain lagi menurut Heny Widodo, pemilik Kyky Poultry Sidoarjo, belakangan banyak mania merpati baik itu tinggian, balap dan pos konsultasi tentang merpati yang terjangkit cacingan. Dan berakhir merpati sekarat.
Untuk menanggulangi hal ini, sebaiknya mania harus jeli memilih obat cacing. Banyak macam obat cacing yang beredar di pasaran atau poultry, ada untuk ayam, untuk manusia atau lainnya. Sebaiknya pilih obat cacing khusus merpati. Sebab, berat tubuh antara ayam dan merpati jauh berbeda. Sehingga dosis yang digunakan juga lain.
Nah begitulah antara lain sobat merpati mania tentang bahaya cacing pada merpati yang harus diwaspadai sebagaimana ditulis kolom andhokan Agrobis Burung.
Pendapat Om Kicau:
Cacing memang bisa menyebabkan kematian jika telah melakukan serangan secara kronis pada alat pencernaan. Hal itu menyebabkan kurangnya daya serap sari makanan sehingga membuat burung merpati kekurangan nutrisi yang akhrinya memperlemah daya tahan tubuh.
Ketika daya tahan tubuh rendah, penyakit apapun mudah sekali menyerang. Bisa CRD atau jenis penyakit lainnya. Artinya, bisa saja merpati milik mania Semarang tersebut mati karena CRD dan kebetulan ketika dibedah di dalam ususnya terdapat beragam jenis cacing.
Untuk memberantas cacing di tubuh merpati, Anda bisa menggunakan AscariStop yang bisa mengatasi sejumlah jenis cacing di dalam tubuh burung.
Sebagaimana diketahui, cacing bisa menyebabkan burung macet bunyi, atau sama sekali tidak bisa terbang untuk merpati, kurus, dan mudah terserang penyakit.
AscariStop digunakan untuk indikasi burung lemah, nyekukruk, bulu mekar, pucat, mata terus berair dan gelisah karena adanya berbagai jenis cacing di dalam tubuh burung. AscariStop adalah obat anti-cacing (worming) powder yang mengandung zat aktif piperazin citrate dan dibuat khusus untuk burung peliharaan.
Banyak zat aktif yang bisa membunuh atau melumpuhkan cacing utama pengganggu burung (Ascaridia galli) seperti higromisin B dan kumafos, namun untuk kedua zat ini digunakan secara khusus jika cacingan dalam kondisi akut karena keduanya mengandung antibiotika yang pemberiannya memerlukan nasihat dokter hewan. Sementara piperazin citrate memiliki efek narkotika sehingga cacing dapat dikeluarkan dalam keadaan hidup oleh adanya peristaltic usus burung.
Untuk cara pakai, 1 sendok takar AscasiStop (yang disertakan di kemasan) dimasukkan ke dalam air 50 ml (seperempat gelas minum ukuran normal). Berikan ke burung merpati ketika tidak dijemur. Merpati yang akan diberi obat ini dijemur dulu sebentar tanpa air minum, setelah itu berikan larutan obat di tempat teduh.
AscariStop bisa digunakan secara rutin (sebulan sekali) karena setiap saat bisa saja ada telur cacing masuk bersama pakan atau air yang dikonsumsi burung merpati kita.
Stop cacing pada burung merpati….
Burung gereja Om Kicau, jinak dan nyrecetnya panjang-panjang
Mampir ke rumah Om Eric di Bolon setelah sekian lama tidak nongol di
sana, eh pulangnya dapat gondolan lumayan bagus. Ininih burung gereja
yang jinak plus nyrecetnya panjang-panjang.Oke punya deh kalau untuk masteran.
Dan di rumah pun saya tempelkan burung tersebut ke dekat murai batu anakan SKL BirdFarm Om Syamsul yang juga saya dapat sebagai “gondolan”. Ya beberapa waktu lalu, bersama Om Dwi Jogja, Om Joko Pamungkas (Zyndicat), Om Wahyudi, saya main ke penangkaran Om Syamsul di Jatibarang, Indramayu. Nah untuk cerita yang ini, belum sempat saya turunkan panjang lebar. Nunggu giliran nanti ya. Yang jelas, hemmm… manteb banget.
Dan di rumah pun saya tempelkan burung tersebut ke dekat murai batu anakan SKL BirdFarm Om Syamsul yang juga saya dapat sebagai “gondolan”. Ya beberapa waktu lalu, bersama Om Dwi Jogja, Om Joko Pamungkas (Zyndicat), Om Wahyudi, saya main ke penangkaran Om Syamsul di Jatibarang, Indramayu. Nah untuk cerita yang ini, belum sempat saya turunkan panjang lebar. Nunggu giliran nanti ya. Yang jelas, hemmm… manteb banget.
PCMI Megapolitan minta kelas pleci Presiden Cup 2 ditambah
Pelaksanaan Presiden Cup 2 sudah semakin
dekat. Banyak kicaumania bersiap-siap diri mengikutinya. Hal itu pula
yang dilakukan para plecimania PCMI Megapolitan sebagaimana diungkapkan
Penasihat PCMI Megapolitan Ari Bowo dan Wakil Ketua PCMI Megapolitan Anang Purwanto. 235 anggota PCMI Megapolitan, kata mereka, siap menyerbu arena Presiden Cup 2.
Hal itu dikatakan keduanya ketika mengikuti kopdar di halaman Bengkel Las 123 milik pengusaha Sale Sugiarso di kawasan Sunter Hijau Jakarta belum lama berselang. “Seluruh Plecimania anggota PCMI siap rnenyukseskan acara Presiden Cup 2, kalau perlu kami akan mengusulkan kepada Bang Boy agar kelas pleci di Presiden Cup 2 ditambah7,” ujar Anang Purwanto sebagaimana dikutip Majalah BnR.
Makin mewabah
Sementara Sale Sugiarso selaku tuan rumah dan acara kopdar dan selaku Ketua 123 Team, mengatakan bahwa Pleci semakin mewabah di hati kicaumania. “Sebagai pengusaha, saya senang Pleci karena burung meski kecil geraknya lincah. Filosofi ini cocok untuk pengusaha seperti saya, artinya kalau orang mau bergerak Iincah menjemput bola, maka usahanya pasti maju.”
“Selain itu Pleci adalah burung unik meski kecil tapi volume suarannya keras. Pleci juga burung cerdas dan bahkan bisa menirukan berbagai suara. Perawatannya mudah, sehingga cocok untuk orang yang tidak punya banyak waktu,” kata dia. (BnR)
Hal itu dikatakan keduanya ketika mengikuti kopdar di halaman Bengkel Las 123 milik pengusaha Sale Sugiarso di kawasan Sunter Hijau Jakarta belum lama berselang. “Seluruh Plecimania anggota PCMI siap rnenyukseskan acara Presiden Cup 2, kalau perlu kami akan mengusulkan kepada Bang Boy agar kelas pleci di Presiden Cup 2 ditambah7,” ujar Anang Purwanto sebagaimana dikutip Majalah BnR.
Sementara
Ari Bowo menambahkan bahwa burung pleci saat ini semakin naik
popularitasnya. “Pleci adalah burung yang merakyat, semua orang bisa
memilikinya dan perawatannya mudah. Lihat saja hampir seluruh event
kicaumania yang ada kelas pleci-nya selalu full gantangan. Saya berani
bilang kelas pleci di Presiden Cup 2 perlu ditambah,” ujar Ari Bowo.
Lebih jauh Anang Purwanto menambahkan bahwa sekarang ini Pleci memang
masih seumur jagung, tapi pengorganisasiannya akan terus berkembang
pesat. “Sekarang ini terus terang kami sudah melewati tahap konsolidasi
dan berada dalam tahap sosialiasi, di mana program kami sekarang adalah
menebar-nebar virus dan penjurian, memperkenalkan jenis-jenis Pleci agar
Tahun 2012 Pleci semakin membooming.”Makin mewabah
Sementara Sale Sugiarso selaku tuan rumah dan acara kopdar dan selaku Ketua 123 Team, mengatakan bahwa Pleci semakin mewabah di hati kicaumania. “Sebagai pengusaha, saya senang Pleci karena burung meski kecil geraknya lincah. Filosofi ini cocok untuk pengusaha seperti saya, artinya kalau orang mau bergerak Iincah menjemput bola, maka usahanya pasti maju.”
“Selain itu Pleci adalah burung unik meski kecil tapi volume suarannya keras. Pleci juga burung cerdas dan bahkan bisa menirukan berbagai suara. Perawatannya mudah, sehingga cocok untuk orang yang tidak punya banyak waktu,” kata dia. (BnR)
Nyata beda efek kroto dan ulat kandang pada performa burung pleci
Banyak penghobi burung kacamata atau burung
pleci (plecimania) yang jengkel gara-gara burung pleci mereka tidak mau
bersuara ngeplong keras apalagi bersuara ngalas meski usianya sudah
cukup, jinak dan rajin bunyi. Kalau bunyi, demikian keluhan yang sering
kita dengar, sekadar ngriwik atau bergaya teler dengan suara kecil.
Oke, sebelum melangkah lebih jauh, khususnya untuk Anda para pemula, perlu tahu apa dan bagaimana suara burung pleci ngalas yang selama ini diidamkan para plecimania. Untuk itu, silakan dengarkan dulu atau bisa pula mendownload suaranya di artikel ini: Suara burung pleci ngalas.
Bagaimana membuat burung pleci bersuara ngeplong keras dan ngerol ngalas? Berikut ini saya sampaikan tips yang dibeber Om Yuli (Julianto Prasetyo) saat ngobrol bareng di rumah Om Kicau bersama sejumlah kawan Jogja dan Solo. Tips ini didasarkan pada pengalaman Om Yuli merawat burung pleci dengan melakukan beberapa eksperimen.
Ulat kandang, mengapa dan berapa porsinya?
Dalam hal ini Om Yuli bercerita tentang perbedaan penggunaan ekstra foodng kroto dan ulat kandang. Singkat cerita, menurut Om Yuli, kroto membuat burung rajin bunyi tetapi lebih rajin ngriwik tetapi lebih banyak juga teler dengan suara kecil. Sedangkan pemberian ulat kandang menyebabkan burung lebih bisa atau mau bersuara keras dan ngalas. Syaratnya, burung memang sudah mapan dan/atau gacor.
Hal itu diketahui Om Yuli dengan memberikan perlakuan berbeda pada sejumlah burung pleci. Kelompok burung yang diberi pakan ekstra kroto, hanya rajin ngriwik atau teler, sementara kelompok yang diberi pakan ulat kandang lebih gacor dengan suara keras. Ketika percobaan di balik, yakni kelompok burung yang semula rutin diberi kroto lantas gantian diberi ulat kandang menjadi rajin ngalas/bersuara plong keras. Sedangkan yang semula rutin diberi ulat kandang diganti pakan tambahannya dengan kroto, tetap rajin tetapi sekadar ngriwik sepanjang hari atau rajin teler-teler cuma bersuara kecil.
Hanya saja Om Yuli tidak bisa menjelaskan atau menjawab pertanyaan “mengapa”. Namun poin utamanya adalah pemberian ulat kandang memberi efek bagus bagi burung pleci.
Porsi yang diberikan Om Yuli ke burung pleci adalah 5-6 ekor pagi dan 5-6 ekor sore hari.
Kalau Anda masih belum tahu apa dan bagaimana ulat kandang, silakan baca artikel ini: Uji coba ulat kandang sebagai pakan burung tunjukkan hasil positif.
Selamat mencoba dan semoga sukses.
Oke, sebelum melangkah lebih jauh, khususnya untuk Anda para pemula, perlu tahu apa dan bagaimana suara burung pleci ngalas yang selama ini diidamkan para plecimania. Untuk itu, silakan dengarkan dulu atau bisa pula mendownload suaranya di artikel ini: Suara burung pleci ngalas.
Bagaimana membuat burung pleci bersuara ngeplong keras dan ngerol ngalas? Berikut ini saya sampaikan tips yang dibeber Om Yuli (Julianto Prasetyo) saat ngobrol bareng di rumah Om Kicau bersama sejumlah kawan Jogja dan Solo. Tips ini didasarkan pada pengalaman Om Yuli merawat burung pleci dengan melakukan beberapa eksperimen.
Ulat kandang, mengapa dan berapa porsinya?
Dalam hal ini Om Yuli bercerita tentang perbedaan penggunaan ekstra foodng kroto dan ulat kandang. Singkat cerita, menurut Om Yuli, kroto membuat burung rajin bunyi tetapi lebih rajin ngriwik tetapi lebih banyak juga teler dengan suara kecil. Sedangkan pemberian ulat kandang menyebabkan burung lebih bisa atau mau bersuara keras dan ngalas. Syaratnya, burung memang sudah mapan dan/atau gacor.
Hal itu diketahui Om Yuli dengan memberikan perlakuan berbeda pada sejumlah burung pleci. Kelompok burung yang diberi pakan ekstra kroto, hanya rajin ngriwik atau teler, sementara kelompok yang diberi pakan ulat kandang lebih gacor dengan suara keras. Ketika percobaan di balik, yakni kelompok burung yang semula rutin diberi kroto lantas gantian diberi ulat kandang menjadi rajin ngalas/bersuara plong keras. Sedangkan yang semula rutin diberi ulat kandang diganti pakan tambahannya dengan kroto, tetap rajin tetapi sekadar ngriwik sepanjang hari atau rajin teler-teler cuma bersuara kecil.
Hanya saja Om Yuli tidak bisa menjelaskan atau menjawab pertanyaan “mengapa”. Namun poin utamanya adalah pemberian ulat kandang memberi efek bagus bagi burung pleci.
Porsi yang diberikan Om Yuli ke burung pleci adalah 5-6 ekor pagi dan 5-6 ekor sore hari.
Kalau Anda masih belum tahu apa dan bagaimana ulat kandang, silakan baca artikel ini: Uji coba ulat kandang sebagai pakan burung tunjukkan hasil positif.
Selamat mencoba dan semoga sukses.
Cara Bernyanyi Burung Pleci: Dasar penilaian keindahan suara burung (4)
Pada burung pleci, cara bernyanyi adalah kualitas suara yang dinyanyikan
oleh Pleci yang membuat kita dapat mengerti dan pengucapan variasi yang
diadapsi dari burung/barang lain sesuai dengan peraturan dalam standar
lagu.
Kita dapat mengatakan bahwa cara bernyanyi jelas bila suara yang
dikeluarkan dapat membuat kita mampu memahami dengan jelas, demikian
pula sebaliknya.
Lagu
Lagu adalah rangkaian variasi lagu dalam sebuah periode waktu.
Repertoir
Repertoir adalah beberapa variasi lagu yang dapat dinyanyikan seekor burung.
Strophe
Strophe adalah seperti seloka atau sajak atau dapat dikatakan sebagai lagu yang terdiri dan 3 atau 4 baris yang dinyanyikan oleh pleci yang terdiri dari berbagai variasi.
Trill
Hal ini adalah rangkaian berturut-turut dari variasi yang berbeda dalam satuan waktu tertentu yang dibawakan dengan cepat.
Variasi Yang Teratur
– Naik: variasi lagu yang penekanan suaranya dari volume kecil ke volume yang lebih besar.
– Turun: variasi lagu yang penekanan suaranya dari volume besar ke volume yang lebih kecil.
– Berombak: variasi lagu kombinasi antara naik dan turun.
– Horisontal atau Flat: variasi lagu yang dinyanyikan dengan penekanan yang sama.
Lagu
Lagu adalah rangkaian variasi lagu dalam sebuah periode waktu.
Repertoir
Repertoir adalah beberapa variasi lagu yang dapat dinyanyikan seekor burung.
Strophe
Strophe adalah seperti seloka atau sajak atau dapat dikatakan sebagai lagu yang terdiri dan 3 atau 4 baris yang dinyanyikan oleh pleci yang terdiri dari berbagai variasi.
Trill
Hal ini adalah rangkaian berturut-turut dari variasi yang berbeda dalam satuan waktu tertentu yang dibawakan dengan cepat.
Variasi Yang Teratur
– Naik: variasi lagu yang penekanan suaranya dari volume kecil ke volume yang lebih besar.
– Turun: variasi lagu yang penekanan suaranya dari volume besar ke volume yang lebih kecil.
– Berombak: variasi lagu kombinasi antara naik dan turun.
– Horisontal atau Flat: variasi lagu yang dinyanyikan dengan penekanan yang sama.
Nyanyian burung: Dasar penilaian keindahan suara burung (3)
Kicauan burung dilantunkan untuk berbagai alasan. Pada umumnya nyanyian
tersebut merupakan sebuah bentuk komunikasi berupa gelombang suara untuk
menyatakan hak atas teritorial dan sebagai daya tarik seksual sebagai
fungsi utama. Teritonal adalah lagu ketika seekor burung, dengan teman
sejenisnya, menandai dan mengidentifikasi kepada hewan lainnya bahwa
daerah ini adalah miliknya.
Lagu seksual dipakai untuk menarik dan menaklukkan betina.
Bentuk nyanyian tergantung dari apa yang terjadi pada hormon testosterone (burung jantan).
Evolusi nyanyian secara rinci berhubungan dengan pertambahan kadar hormon pada darah burung. Hal ini dibuktikan pada daerah di otak yang mengendalikan nyanyian, terutama di High Vocal Center, yang ukurannya akan membesar atau mengecil tergantung pada kadar testosteron di darah.
lriformasi nyanyian dikirim dari High Vocal Center ke Robust Nucleus di Archistriatum dan dari sini ke Hypoglossal Nuclei yang mempengaruhi otot pada pita suara, yakni organ yang memproduksi suara pada burung.
Bagaimana Burung Bernyanyi?
Pada saat udara yang disimpan di paru-paru dikeluarkan, maka mereka akan melalui pita suara yang terletak di dekat batang tenggorokan, mengakibatkan getaran atau vibrasi pada membran organ ini.
Dalam tubuh burung organ yang bergetar ini disebut membran tympaniforms. Dalam proses memproduksi suara, yang berperan penting adalah otot sternum-tracheal (sterno-trachealis) dan sekelompok dari lima atau tujuh pasang otot kecil di dalamnya yang dapat memanjang dan berkontraksi dengan pita suara, mampu membuat berbagai macam frekuensi atau nada suara.
Pita suara memproduksi suara dasar tetapi untuk mengerti hasil akhir apa yang kita dengar, kita harus tahu bahwa rongga mulut (lidah dan paruh) sangat berpengaruh karena organ ini berperan sebagai artikulasi akhir sewaktu suara tersebut diproduksi.
Nyanyian burung benar-benar komplek dan seluruh organ memegang peran penting dalam proses produksi suara. Beberapa penelitian mencatat adanya dua tipe artikulasi suara pada burung : suara tekak (dominan di irama lagu yang tenis menerus [continuous]) dan lidah. Hal ini menjawab mengapa burung (termasuk pleci) dapat bemyanyi beraneka ragam variasi.
Meniru Suara Lain
Konsep ini berarti pembentukan kata dengan menirukan suara lain. Saat berbicara tentang lagu Pleci kita menggunakan istilah menirukan suara lain untuk mempersamakan suara nyanyian Pleci dengan huruf vokal dan konsonan dari alfabet manusia untuk mempermudah pengartian suara.
Suku Kata
Dalam hal ini setelah peniruan suara lain disampaikan dengan suara dengan hurif vokal dan konsonan, kita menyesuaikan konsep ini ke dalam tatabahasa sebagai “artikulasi suara yang disusun sebagai sebuah cara bernyanyi”.
Selanjutnya kita dapat mengatakan bahwa pleci bernyanyi dengan suku kata, sebagai contoh: “ri”, “ro”, “bu”, “in”, “ti”, “long “, “glu”, “glui”, “fiu” dan lain-lain.
Diftong
Seperti hal yang tertulis di atas yang menggunakan suku kata, sekarang setelah kita mengetahui bahwa menirukan suara lain yang diterjemahkan oleh pleci menjadi huruf vokal, kita dapat mendefinisikan pernyataan ini sebagai “dua huruf hidup berurutan yang menjadi satu suku kata”. Sebagai contoh diftong yang diriyanyikan: ‘tui’ dan ‘glui’, ‘ui’ adalah suku kata dari ‘tui` dan ‘ui’ adalah suku kata ‘glui’, dan seterusnya.
Triftong
Pengertiannya sama seperti diftong tetapi dalam hal ini suku kata terdiri dari 3 huruf vokal. Sebagai contoh dalam lagu pleci adalah sebagai berikut: “oui” adalah suku kata “bloui’ dan “iau” adalah suku kata dari “piau”
Nada
Dalam hal ini kita mempersamakan konsep ini seperti konsep kata dalam tatabahasa, atau dengan kata lain, nada ditulis dengan menggabungkan suku kata yang tertulis dalam standar atau pakem lagu yang dalam bal ini tertulis dalam Song Codes.
Hal yang sama terlihat ketika kata tertulis dalam satu atau beberapa suku kata, kita mengklasifikasikan nada tersebut sebagai suku kata tunggal jika variasi lagu terbentuk dari satu suku kata dan suku kata jamak jika variasi lagu terbentuk dari beberapa suku kata.
Sebagai contoh suku kata tunggal “ri”, “re”, “ro”, “ru”, “bu”, “un”, “clak”, “clok”, “lu”, “fui”, “piau”, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh suku kata jamak. “tu-li”, “to-li”, “ti-ling”, “pi-yo”, “ti-ro-ri”, dan lain sebagainya.
Rangakaian Variasi Lagu
Kita akan mendefinisikan rangkaian variasi sebagai sebuah rangkaian dan variasi-variasi lagu yang dinyanyikan oleh pleci, berhubungan satu dengan yang lain, yang menggunakan suku kata dan karakteristik irama seperti apa yang dicantumkan dalam standar atau pakem.
Variasi, sesuai dengan nada yang membentuknya, akan diklasifikasikan menjadi dua yakni:
– Variasi yang dapat dibentuk dengan huruf vokal dan konsonan, seperti konscnan “l” dan “n” dan vokal “e” di variasi “jingle bell” (lenlenlen..), atau konsonan “c”, “l”, “k”di dalam variasi “castanet” (clakclakclak… ), dan lain sebagainya.
– Variasi yang tidak dapat dibentuk dengan alfabet. Kita akan mengetahui hal ini dalam contoh lagu ‘flourish’, ‘slow flourish’ dan di variasi ‘conjoined’.
Lagu seksual dipakai untuk menarik dan menaklukkan betina.
Bentuk nyanyian tergantung dari apa yang terjadi pada hormon testosterone (burung jantan).
Evolusi nyanyian secara rinci berhubungan dengan pertambahan kadar hormon pada darah burung. Hal ini dibuktikan pada daerah di otak yang mengendalikan nyanyian, terutama di High Vocal Center, yang ukurannya akan membesar atau mengecil tergantung pada kadar testosteron di darah.
lriformasi nyanyian dikirim dari High Vocal Center ke Robust Nucleus di Archistriatum dan dari sini ke Hypoglossal Nuclei yang mempengaruhi otot pada pita suara, yakni organ yang memproduksi suara pada burung.
Bagaimana Burung Bernyanyi?
Pada saat udara yang disimpan di paru-paru dikeluarkan, maka mereka akan melalui pita suara yang terletak di dekat batang tenggorokan, mengakibatkan getaran atau vibrasi pada membran organ ini.
Dalam tubuh burung organ yang bergetar ini disebut membran tympaniforms. Dalam proses memproduksi suara, yang berperan penting adalah otot sternum-tracheal (sterno-trachealis) dan sekelompok dari lima atau tujuh pasang otot kecil di dalamnya yang dapat memanjang dan berkontraksi dengan pita suara, mampu membuat berbagai macam frekuensi atau nada suara.
Pita suara memproduksi suara dasar tetapi untuk mengerti hasil akhir apa yang kita dengar, kita harus tahu bahwa rongga mulut (lidah dan paruh) sangat berpengaruh karena organ ini berperan sebagai artikulasi akhir sewaktu suara tersebut diproduksi.
Nyanyian burung benar-benar komplek dan seluruh organ memegang peran penting dalam proses produksi suara. Beberapa penelitian mencatat adanya dua tipe artikulasi suara pada burung : suara tekak (dominan di irama lagu yang tenis menerus [continuous]) dan lidah. Hal ini menjawab mengapa burung (termasuk pleci) dapat bemyanyi beraneka ragam variasi.
Meniru Suara Lain
Konsep ini berarti pembentukan kata dengan menirukan suara lain. Saat berbicara tentang lagu Pleci kita menggunakan istilah menirukan suara lain untuk mempersamakan suara nyanyian Pleci dengan huruf vokal dan konsonan dari alfabet manusia untuk mempermudah pengartian suara.
Suku Kata
Dalam hal ini setelah peniruan suara lain disampaikan dengan suara dengan hurif vokal dan konsonan, kita menyesuaikan konsep ini ke dalam tatabahasa sebagai “artikulasi suara yang disusun sebagai sebuah cara bernyanyi”.
Selanjutnya kita dapat mengatakan bahwa pleci bernyanyi dengan suku kata, sebagai contoh: “ri”, “ro”, “bu”, “in”, “ti”, “long “, “glu”, “glui”, “fiu” dan lain-lain.
Diftong
Seperti hal yang tertulis di atas yang menggunakan suku kata, sekarang setelah kita mengetahui bahwa menirukan suara lain yang diterjemahkan oleh pleci menjadi huruf vokal, kita dapat mendefinisikan pernyataan ini sebagai “dua huruf hidup berurutan yang menjadi satu suku kata”. Sebagai contoh diftong yang diriyanyikan: ‘tui’ dan ‘glui’, ‘ui’ adalah suku kata dari ‘tui` dan ‘ui’ adalah suku kata ‘glui’, dan seterusnya.
Triftong
Pengertiannya sama seperti diftong tetapi dalam hal ini suku kata terdiri dari 3 huruf vokal. Sebagai contoh dalam lagu pleci adalah sebagai berikut: “oui” adalah suku kata “bloui’ dan “iau” adalah suku kata dari “piau”
Nada
Dalam hal ini kita mempersamakan konsep ini seperti konsep kata dalam tatabahasa, atau dengan kata lain, nada ditulis dengan menggabungkan suku kata yang tertulis dalam standar atau pakem lagu yang dalam bal ini tertulis dalam Song Codes.
Hal yang sama terlihat ketika kata tertulis dalam satu atau beberapa suku kata, kita mengklasifikasikan nada tersebut sebagai suku kata tunggal jika variasi lagu terbentuk dari satu suku kata dan suku kata jamak jika variasi lagu terbentuk dari beberapa suku kata.
Sebagai contoh suku kata tunggal “ri”, “re”, “ro”, “ru”, “bu”, “un”, “clak”, “clok”, “lu”, “fui”, “piau”, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh suku kata jamak. “tu-li”, “to-li”, “ti-ling”, “pi-yo”, “ti-ro-ri”, dan lain sebagainya.
Rangakaian Variasi Lagu
Kita akan mendefinisikan rangkaian variasi sebagai sebuah rangkaian dan variasi-variasi lagu yang dinyanyikan oleh pleci, berhubungan satu dengan yang lain, yang menggunakan suku kata dan karakteristik irama seperti apa yang dicantumkan dalam standar atau pakem.
Variasi, sesuai dengan nada yang membentuknya, akan diklasifikasikan menjadi dua yakni:
– Variasi yang dapat dibentuk dengan huruf vokal dan konsonan, seperti konscnan “l” dan “n” dan vokal “e” di variasi “jingle bell” (lenlenlen..), atau konsonan “c”, “l”, “k”di dalam variasi “castanet” (clakclakclak… ), dan lain sebagainya.
– Variasi yang tidak dapat dibentuk dengan alfabet. Kita akan mengetahui hal ini dalam contoh lagu ‘flourish’, ‘slow flourish’ dan di variasi ‘conjoined’.
Kualitas suara burung: Dasar penilaian keindahan suara burung (2)
Kualitas suara dilihat dari tiga hal: nada, intensitas, timbre. Nada
adalah kualitas siara yang membuat kita dapat membedakan suara bas dan
suara treble, dan terdiri dari beberapa vibrasi dengan hitungan waktu
dari obyek suara. Semakin tinggi frekuensi akari menghasilkan nada
tinggi / tajam, semakin rendah frekuensi menghasilkan nada bas. Batas
kemampuan telinga manusia adalah merasakan nada 12 oktaf.
Intensitas adalah kualitas suara yang membuat kita mampu membedakan antara suara kuat dan suara lemah, tergantung dari amplitudo gelombang suara. Kita juga harus dapat membedakan antara intensitas gelombang suara itu sendiri dan intensitas persepsi suara.
Intensitas gelombang suara tergantung kepada amplitude getaran tubuh yang menghasilkan suara sementara intensitas persepsi tergantung kepada ketajaman pendengaran, intensitas getaran gelombang suara dan jarak kita dengan sumber suara.
Timbre adalah kualitas suara yang membuat kita dapat membedakan suara-suara yang dipancarkan oleh instrument-instrument yang berbeda. Dengan kata lain, timbre adalah kualitas suara yang membuat kita dapat membedakan nada-nada yang sama yang dihasilkan oleh instrument yang berbeda dan berkaitan dengan kekompleksan getaran yang menghadirkan harmoni yang berlapis-lapis ke dalam suara utama.
Keterangan di atas dapat diringkas sbb:
– Nada tergantung dari frekuensi atau sejumlah getaran per detik dari benda yang menghasilkan suara, sehingga membuat kita dapat membedakan antara bas dan treble. Hal tersebut dapat diukur dalam hitungan Hertz
– Intensitas atau kekuatan tergantung dari amplitude gelombang. Dalam kata lain, energi yang digunakan untuk memproduksi suara tersebut membuat kita dapat membedakan antara bunyi yang keras dan lemah. Hal tersebut dapat diukur dalam hitungan Decibel.
– Timbre, kualitas atau wama suara yang tergantung kepada sejumlah harmoni yang menyertai suara dan membuat kita dapat membedakan dua suara dengan nada yang sama.
Musik
Menurut Real Academy Dictionary of the Spanish Languge, musik diartikan sebagai seni menggabungkan beberapa suara, dalam arti lain musik memproduksi kenikmatan kepada pendengarnya sekaligus mempengaruhi perasaan pendengar.
Tiga elemen penting dalam musik adalah irama, melodi dan harmoni.
Kualitas Musik
1. Irama. Penting bagi kita untuk mengingat bahwa musik dibuat oleh lebih dari satu suara. Dalam hubungan dengan elemen penting dari musik, jenis dan proporsi yang dimainkan dengan ritme mempengaruhi irama musik. lrama keluar dari perasaan seseorang sehubungan dengan apa yang dia rasakan. Sebagai contoh: di tari-tarian, irama mengatur gerakan.
Dalam hubungannya dengan poin nomor dua di bawah adalah seseorang menyadari adanya kesatuan antara harmoni dan melodi. Hal ini dapat diartikan bahwa irama adalah pertama, melodi menjadi nomor dua dan harmoni datang setelah melodi sebagai hasil dari semuanya. Alasannya, irama adalah dasar dari durasi suara dan hal ini dapat disebut “kompas” dari musik.
Bagaimanapun juga, kita tidak boleh menjadi bingung oleh kata kompas dan irama karena beberapa irama dapat dibuat oleh satu atau beberapa kompas.
“Kompas” adalah sejumlah not yang dimainkan oleh seorang composer sesuai dengan keinginan atau perasaannya.
2. Melodi adalah elemen musik yang terdiri dari pergantian berbagai suara yang menjadi satu kesatuan, di antaranya adalah satu kesatuan suara dengan penekanan yang berbeda, intonasi dan durasi yang hal ini akan menciptakan sebuah musik yang enak didengar.
3. Harmoni adalah elemen musik yang terdiri dari suara yang terus menerus mengalun dan suara yang tidak sama. Di melodi, suara datang satu per satu. Pada harmoni, suara datang bersama-sama. Hal inilah perbedaan yang mendasar antara melodi dan hamoni.
Pada burung pleci, ketika seekor pleci berkicau dia menciptakan melodi, tetapi ketika sekelompok pleci bernyanyi bersama-sarna, seluruh burung menciptakan harmoni.
Bernyanyi
Bernyanyi secara sederhana dapat diartikan sebagai peristiwa dimana seseorang atau sesuatu mengeluarkan suara dengan teratur.
Modulasi
Konsep umum musik tentang modulasi diartikan sebagai berbagai variasi melodi yang diciptakan selama menyanyikan sebuah lagu, termasuk di dalamnya adalah pergantian not dan penekanan suara dari penyanyi. Penekanan modulasi terjadi ketika volume penyanyi berubah naik dan turun dengan pergantian secara periodik dari satu not ke not lainnya.
Modulasi di not terjadi ketika irama yang dibuat memberikan sensasi kepada pendengar dengan mengganti huruf vocal, terkadang dari bass (o, u) ke treble (a, e, i), atau sebaliknya dan dibawakan secara periodik.
Warna Musikal
Kita dapat mengatakan bahwa wama musikal tergantung dari perbedaan penekanan yang diberikan kepada suara dan biasanya dinamai, dalam bahasa Italia, mulai dari pinnissimo sampai fortissimo dari dibawakan dengan berbagai kecepatan seperti crescendo dan sebagainya.
Keselarasan
Ketika kita mendengarkan suara, kita pasti telah mengetahui bahwa suara yang kita dengarkan adalah campuran dari berbagai suara. Not yang kita dengar adalah sesuatu yang mendominasi, tetapi pada saat yang sama, sering mendominasi, kadang lembut, terkadang hampir tidak terdengar. Suara yang tercampur dengan sempurna dengan not dasar mempunyai kaitan yang erat dengan frekuensi gelombang suara.
Hal ini disebut keselarasan dan memberikan keindahan bagi lagu yang dinyanyikan dan membuat menarik si pendengar. Telinga manusia disiapkan dengan baik untuk mendengar suara tersebut karena mempunyai sensitifitas terhadap musik.
Intensitas adalah kualitas suara yang membuat kita mampu membedakan antara suara kuat dan suara lemah, tergantung dari amplitudo gelombang suara. Kita juga harus dapat membedakan antara intensitas gelombang suara itu sendiri dan intensitas persepsi suara.
Intensitas gelombang suara tergantung kepada amplitude getaran tubuh yang menghasilkan suara sementara intensitas persepsi tergantung kepada ketajaman pendengaran, intensitas getaran gelombang suara dan jarak kita dengan sumber suara.
Timbre adalah kualitas suara yang membuat kita dapat membedakan suara-suara yang dipancarkan oleh instrument-instrument yang berbeda. Dengan kata lain, timbre adalah kualitas suara yang membuat kita dapat membedakan nada-nada yang sama yang dihasilkan oleh instrument yang berbeda dan berkaitan dengan kekompleksan getaran yang menghadirkan harmoni yang berlapis-lapis ke dalam suara utama.
Keterangan di atas dapat diringkas sbb:
– Nada tergantung dari frekuensi atau sejumlah getaran per detik dari benda yang menghasilkan suara, sehingga membuat kita dapat membedakan antara bas dan treble. Hal tersebut dapat diukur dalam hitungan Hertz
– Intensitas atau kekuatan tergantung dari amplitude gelombang. Dalam kata lain, energi yang digunakan untuk memproduksi suara tersebut membuat kita dapat membedakan antara bunyi yang keras dan lemah. Hal tersebut dapat diukur dalam hitungan Decibel.
– Timbre, kualitas atau wama suara yang tergantung kepada sejumlah harmoni yang menyertai suara dan membuat kita dapat membedakan dua suara dengan nada yang sama.
Musik
Menurut Real Academy Dictionary of the Spanish Languge, musik diartikan sebagai seni menggabungkan beberapa suara, dalam arti lain musik memproduksi kenikmatan kepada pendengarnya sekaligus mempengaruhi perasaan pendengar.
Tiga elemen penting dalam musik adalah irama, melodi dan harmoni.
Kualitas Musik
1. Irama. Penting bagi kita untuk mengingat bahwa musik dibuat oleh lebih dari satu suara. Dalam hubungan dengan elemen penting dari musik, jenis dan proporsi yang dimainkan dengan ritme mempengaruhi irama musik. lrama keluar dari perasaan seseorang sehubungan dengan apa yang dia rasakan. Sebagai contoh: di tari-tarian, irama mengatur gerakan.
Dalam hubungannya dengan poin nomor dua di bawah adalah seseorang menyadari adanya kesatuan antara harmoni dan melodi. Hal ini dapat diartikan bahwa irama adalah pertama, melodi menjadi nomor dua dan harmoni datang setelah melodi sebagai hasil dari semuanya. Alasannya, irama adalah dasar dari durasi suara dan hal ini dapat disebut “kompas” dari musik.
Bagaimanapun juga, kita tidak boleh menjadi bingung oleh kata kompas dan irama karena beberapa irama dapat dibuat oleh satu atau beberapa kompas.
“Kompas” adalah sejumlah not yang dimainkan oleh seorang composer sesuai dengan keinginan atau perasaannya.
2. Melodi adalah elemen musik yang terdiri dari pergantian berbagai suara yang menjadi satu kesatuan, di antaranya adalah satu kesatuan suara dengan penekanan yang berbeda, intonasi dan durasi yang hal ini akan menciptakan sebuah musik yang enak didengar.
3. Harmoni adalah elemen musik yang terdiri dari suara yang terus menerus mengalun dan suara yang tidak sama. Di melodi, suara datang satu per satu. Pada harmoni, suara datang bersama-sama. Hal inilah perbedaan yang mendasar antara melodi dan hamoni.
Pada burung pleci, ketika seekor pleci berkicau dia menciptakan melodi, tetapi ketika sekelompok pleci bernyanyi bersama-sarna, seluruh burung menciptakan harmoni.
Bernyanyi
Bernyanyi secara sederhana dapat diartikan sebagai peristiwa dimana seseorang atau sesuatu mengeluarkan suara dengan teratur.
Modulasi
Konsep umum musik tentang modulasi diartikan sebagai berbagai variasi melodi yang diciptakan selama menyanyikan sebuah lagu, termasuk di dalamnya adalah pergantian not dan penekanan suara dari penyanyi. Penekanan modulasi terjadi ketika volume penyanyi berubah naik dan turun dengan pergantian secara periodik dari satu not ke not lainnya.
Modulasi di not terjadi ketika irama yang dibuat memberikan sensasi kepada pendengar dengan mengganti huruf vocal, terkadang dari bass (o, u) ke treble (a, e, i), atau sebaliknya dan dibawakan secara periodik.
Warna Musikal
Kita dapat mengatakan bahwa wama musikal tergantung dari perbedaan penekanan yang diberikan kepada suara dan biasanya dinamai, dalam bahasa Italia, mulai dari pinnissimo sampai fortissimo dari dibawakan dengan berbagai kecepatan seperti crescendo dan sebagainya.
Keselarasan
Ketika kita mendengarkan suara, kita pasti telah mengetahui bahwa suara yang kita dengarkan adalah campuran dari berbagai suara. Not yang kita dengar adalah sesuatu yang mendominasi, tetapi pada saat yang sama, sering mendominasi, kadang lembut, terkadang hampir tidak terdengar. Suara yang tercampur dengan sempurna dengan not dasar mempunyai kaitan yang erat dengan frekuensi gelombang suara.
Hal ini disebut keselarasan dan memberikan keindahan bagi lagu yang dinyanyikan dan membuat menarik si pendengar. Telinga manusia disiapkan dengan baik untuk mendengar suara tersebut karena mempunyai sensitifitas terhadap musik.
Penjelasan Umum: Dasar penilaian keindahan suara burung (1)
Bagaimana para juri lomba burung seharusnya menilai keindahan atau
kehebatan seekor burung pleci sehingga dia akan dinobatkan sebagai
burung juara? Standard penilaian seperti apa yang selayaknya digunakan
dalam menilai nyanyian burung pleci.
Itulah dua poin pijakan yang digunakan Om Budi Prawoto ketika menulis artikel Wacana Pengetahuan Dasar Guna Menilai Keindahan Suara Burung. Artikel tersebut disajikan ketika dia menjadi narasumber di acara Musyawarah Nasional (Munas) I Plecimania di Yogyakarta 7 Januari 2012.
Artikel dengan referensi dari http://www.timbrado.com itu saya sajikan untuk Anda sebagai pengetahuan atau informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan suara atau nyanyian burung. Sajian ini saya bagi dalam beberapa artikel yang saya turunkan secara bersambung.
Penjelasan umum
Pertama kali ketika telinga kita mendengar seekor burung meniupkan udara dari paru-paru hingga melalui pita suara mereka, maka telinga kita mendengar sebuah gabungan suara-suara yang dihasilkan dari getaran-getaran selaput /membran pita suara. Suara-suara tersebut dapat dengan jelas ditulis dalam sebuah nada-nada lagu sebagaimana kita membaca not-not lagu yang biasa kita jumpai dalam berbagai macam musik yang kita jumpai secara umum.
Udara yang menggetarkan pita suara burung menghasilkan melodi, dan akhimya membentuk sebuah musik.
Sebagaimana kita tahu dan fahami bersama bahwa suara-suara yang mereka lantunkan membentuk tiga komponen utama dalam sebuah musik yaitu; ritme (irama), melodi (lagu), dan harmoni (keselarasan).
Pada saat yang sama telinga kita dapat dengan jelas membedakan kesetaraan suara, suara vokal dan suara konsonan yang membentuk alunan musik yang dihasilkan oleh seekor burung pada saat mereka berkicau.
Akhirnya kita tahu bahwa sangat penting imtuk menguasai pengetahuan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan SUARA sebagai sebuah perantara fisik dan MUSIK sebagai perpaduan suara. Kedua komponen tersebut merupakan komponen penting dalam kicauau burung dan pen getahuan tersebut sangat bermanfaat bagi kita para pengbobis burung berkicau, agar dapat memiliki pemahaman yang lebih baik dalam mengamati lembar penilaian, serta memberikan tambahan pengetahuan tentang suara, sehingga dapat memberikan penjelasan kepada orang lain secara jelas dan mudah dipahami.
Ketika telinga kita mendengar burung berkicau, kita sedang mendengarkan SUARA, yang mungkin bagus atau jelek, tergantung apakah suara tersebut memiliki nuansa musik dan lagu atau hanya sekedar sebagai sebuah BUNYI yang sederhana. Pertama kali saat telinga kita mendengar suara, kita merasakan perbedaan tersebut (SUARA SEBAGAI MUSIK + LAGU atau SEKEDAR BUNYI).
Sangat diperlukan bagi kita untuk tahu apa yang membuat perbedaan tersebut.
Secara teori tidaklah begitu jelas dinyatakan perbedaan antara BUNYI dan MUSIK, karena terkadang ada musik yang terdengar hanya seperti bunyi-bunyian saja dan sebaliknya terkadang BUNYI dapat menyerupai suara musik ketika berpadu dengan suara-suara lain.
Secara tegas dapat disampaikan perbedaan antara keduanya adalah:
– Dalam musik sangatlah mungkin kita menentukan intonasi (nada)-nya dan vibrasi atau getaran yang dihasilkan adalah konsisten (tetap).
– Dalam bunyi getaran yang dihasilkan tidak teratur dan sangat tidak mungkin untuk menentukan nadanya.
Suara
Suara adalah sebuah sensasi yang dihasilkan oleh organ pendengaran karena adanya gerakan vibrasi anggota tubuh yang disalurkan melalui media elastis seperti udara sebagai contohnya.
Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tubuh hanya memproduksi suara jika terdapat getaran yang cukup. Gelombang getaran dapat dihasilkan oleh media yang elastis, karena terbukti bahwa suara tidak dapat terkirim dalam ruang hampa udara. Kecepatan penyebaran suara sangat bervariasi, tergantung dari media itu sendiri.
Misalnya, di udara dengan temperatur 0 derajad, kecepatan suara adalah 331 meter per detik dan bertambah rata-rata 0,6 meter per detik setiap terdapat kenaikan temperatur.
Gelombang yang dihasilkan oleh suara dipancarkan oleh udara, dikenali oleh gendang telinga dan masuk ke dalam liang telinga bagian dalam, di mana syaraf terakhir mengirimkan ke otak dan dengan segera mengenali suara tersebut dan memberikan infomasi tentang apa yang kita dengar. Maka dapat dikatakan bahwa melalui nada getaran, harmoni yang menyertai, berikut dengan intensitasya, kita dapat mengenal karakteristik suara dan dari mana suara itu berasal.
Suara sebagai aspek fisik dapat dikatakan bahwa suara adalah alat yang terbentuk dari getaran energi dan menyebabkan sensasi audiotori, sedangkan getaran tersebut terbentuk dalam jarak tertentu.
Harmoni sederhana sebuah getaran organ tubuh dihantarkan oleh media elastis di sekelingnya, kemudian menimbulkan sejumlah penekanan dan pembiaran yang menyebar dari asal suara. Penekanan dan pembiasan tersebut membentuk sebuah pergerakan gelombang longitudinal (membujur) yang memiliki kecepatan terbatas dan keanekaragaman pantulan, penyebaran, percampuran dan pembiasan.
1. Pantulan adalah peristiwa akustik yang berhubungan dengan perubahan arah atau gema gelombang suara ke arah asalnya bilamana dalam perjalananya menemui sebuah area dengan kepadatan yang memadai.
2. Penyebaran adalah peristiwa akustik yang berhubungan dengem perubahan arah gelombang suara dari sebuah media ke media lain dengan kepadatan yang berbeda.
3. Percampuran adalah peristiwa akustik yang berhubungan dengan efek yang dihasilkan oleh dua atau lebih gelombang suara yang dalam pertemuan tersebut cenderung saling menetralkan atau menambah dengan sebuah kombinasi yang berlainan (tahap baru).
4. Pembiasan adalah peristiwa akustik dimana gelombang suara berputar arah (berbelok) ketika mereka melintasi tepi sebuah rintangan/penghalang.
Semua peristiwa akustik di atas dari hasil-hasil karaktensik media yang menyebarkan gelombang suara, dapat menyebabkan perubahan kualitas suara asli saat dipancarkan di dalam suara aslinya dan menyebabkan karakteristik suara asli terdistorsi.
Artikel dengan referensi dari http://www.timbrado.com itu saya sajikan untuk Anda sebagai pengetahuan atau informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan suara atau nyanyian burung. Sajian ini saya bagi dalam beberapa artikel yang saya turunkan secara bersambung.
Penjelasan umum
Pertama kali ketika telinga kita mendengar seekor burung meniupkan udara dari paru-paru hingga melalui pita suara mereka, maka telinga kita mendengar sebuah gabungan suara-suara yang dihasilkan dari getaran-getaran selaput /membran pita suara. Suara-suara tersebut dapat dengan jelas ditulis dalam sebuah nada-nada lagu sebagaimana kita membaca not-not lagu yang biasa kita jumpai dalam berbagai macam musik yang kita jumpai secara umum.
Udara yang menggetarkan pita suara burung menghasilkan melodi, dan akhimya membentuk sebuah musik.
Sebagaimana kita tahu dan fahami bersama bahwa suara-suara yang mereka lantunkan membentuk tiga komponen utama dalam sebuah musik yaitu; ritme (irama), melodi (lagu), dan harmoni (keselarasan).
Pada saat yang sama telinga kita dapat dengan jelas membedakan kesetaraan suara, suara vokal dan suara konsonan yang membentuk alunan musik yang dihasilkan oleh seekor burung pada saat mereka berkicau.
Akhirnya kita tahu bahwa sangat penting imtuk menguasai pengetahuan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan SUARA sebagai sebuah perantara fisik dan MUSIK sebagai perpaduan suara. Kedua komponen tersebut merupakan komponen penting dalam kicauau burung dan pen getahuan tersebut sangat bermanfaat bagi kita para pengbobis burung berkicau, agar dapat memiliki pemahaman yang lebih baik dalam mengamati lembar penilaian, serta memberikan tambahan pengetahuan tentang suara, sehingga dapat memberikan penjelasan kepada orang lain secara jelas dan mudah dipahami.
Ketika telinga kita mendengar burung berkicau, kita sedang mendengarkan SUARA, yang mungkin bagus atau jelek, tergantung apakah suara tersebut memiliki nuansa musik dan lagu atau hanya sekedar sebagai sebuah BUNYI yang sederhana. Pertama kali saat telinga kita mendengar suara, kita merasakan perbedaan tersebut (SUARA SEBAGAI MUSIK + LAGU atau SEKEDAR BUNYI).
Sangat diperlukan bagi kita untuk tahu apa yang membuat perbedaan tersebut.
Secara teori tidaklah begitu jelas dinyatakan perbedaan antara BUNYI dan MUSIK, karena terkadang ada musik yang terdengar hanya seperti bunyi-bunyian saja dan sebaliknya terkadang BUNYI dapat menyerupai suara musik ketika berpadu dengan suara-suara lain.
Secara tegas dapat disampaikan perbedaan antara keduanya adalah:
– Dalam musik sangatlah mungkin kita menentukan intonasi (nada)-nya dan vibrasi atau getaran yang dihasilkan adalah konsisten (tetap).
– Dalam bunyi getaran yang dihasilkan tidak teratur dan sangat tidak mungkin untuk menentukan nadanya.
Suara
Suara adalah sebuah sensasi yang dihasilkan oleh organ pendengaran karena adanya gerakan vibrasi anggota tubuh yang disalurkan melalui media elastis seperti udara sebagai contohnya.
Kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tubuh hanya memproduksi suara jika terdapat getaran yang cukup. Gelombang getaran dapat dihasilkan oleh media yang elastis, karena terbukti bahwa suara tidak dapat terkirim dalam ruang hampa udara. Kecepatan penyebaran suara sangat bervariasi, tergantung dari media itu sendiri.
Misalnya, di udara dengan temperatur 0 derajad, kecepatan suara adalah 331 meter per detik dan bertambah rata-rata 0,6 meter per detik setiap terdapat kenaikan temperatur.
Gelombang yang dihasilkan oleh suara dipancarkan oleh udara, dikenali oleh gendang telinga dan masuk ke dalam liang telinga bagian dalam, di mana syaraf terakhir mengirimkan ke otak dan dengan segera mengenali suara tersebut dan memberikan infomasi tentang apa yang kita dengar. Maka dapat dikatakan bahwa melalui nada getaran, harmoni yang menyertai, berikut dengan intensitasya, kita dapat mengenal karakteristik suara dan dari mana suara itu berasal.
Suara sebagai aspek fisik dapat dikatakan bahwa suara adalah alat yang terbentuk dari getaran energi dan menyebabkan sensasi audiotori, sedangkan getaran tersebut terbentuk dalam jarak tertentu.
Harmoni sederhana sebuah getaran organ tubuh dihantarkan oleh media elastis di sekelingnya, kemudian menimbulkan sejumlah penekanan dan pembiaran yang menyebar dari asal suara. Penekanan dan pembiasan tersebut membentuk sebuah pergerakan gelombang longitudinal (membujur) yang memiliki kecepatan terbatas dan keanekaragaman pantulan, penyebaran, percampuran dan pembiasan.
1. Pantulan adalah peristiwa akustik yang berhubungan dengan perubahan arah atau gema gelombang suara ke arah asalnya bilamana dalam perjalananya menemui sebuah area dengan kepadatan yang memadai.
2. Penyebaran adalah peristiwa akustik yang berhubungan dengem perubahan arah gelombang suara dari sebuah media ke media lain dengan kepadatan yang berbeda.
3. Percampuran adalah peristiwa akustik yang berhubungan dengan efek yang dihasilkan oleh dua atau lebih gelombang suara yang dalam pertemuan tersebut cenderung saling menetralkan atau menambah dengan sebuah kombinasi yang berlainan (tahap baru).
4. Pembiasan adalah peristiwa akustik dimana gelombang suara berputar arah (berbelok) ketika mereka melintasi tepi sebuah rintangan/penghalang.
Semua peristiwa akustik di atas dari hasil-hasil karaktensik media yang menyebarkan gelombang suara, dapat menyebabkan perubahan kualitas suara asli saat dipancarkan di dalam suara aslinya dan menyebabkan karakteristik suara asli terdistorsi.
Pleci Mania, selamat gelar Munas I demi sukses dan lestari burung pleci
Selamat menggelar acara Musyawarah Nasional I (Munas) untuk para
penggemar burung pleci. Semoga sukses selalu.
Jadikan acara Munas di Taman Kuliner Jogja sebagai pijakan pelestarian
burung pleci atau kacamata (mata puteh) dari kepunahan dan cegah hobi
burung yang tidak bertanggung jawab. Jangan eksploitasi alam.
Konservasikan!!
JADWAL KEGIATAN ACARA MUNAS DAN LOMBA :
(sebagaimana diposting Presiden Burung Pleci Mania Indonesia (Zosterops)
-GIAT MUNAS (SABTU, 07 JANUARI 2012)
Jam 12.00 : Registrasi – Wellcome Drink
Jam 13.00 s.d 17.30 – Munas
~~Maghrib~~
… Jam 18.00 Dinner
~~Isya’~~
Jam 19.00 s/d Selesai Hiburan (Elly Angelina & Nita Amanda)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~oOo~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
-GIAT LOMBA (MINGGU, 08 JANUARI 2012)
“estimasi waktu/tentatif”
Jam 10.30 : Perang BINTANG…..
Jam 11.30 : Kelas Munas (Tim Khusus)
~~~~~waktu Istirahat~~~~~
Jam 13.30 : Kelas PCMI
Jam 15.00 : Kelas Ombyokers (Tim Khusus)
====================================================
-Semua Kegiatan Tsb Diatas Dilaksanakan Di Taman Kuliner Condong Catur Sleman Jogjakarta
Mencakup sejumlah burung pengicau (Passeriformes) kecil yang cenderung tersebar di daerah tropika di Dunia Lama (termasuk Australasia). Genus pencirinya adalah Zosterops. Burung-burung anggota suku ini dicirikan dengan lingkaran di sekitar mata berwarna putih (dari sini nama bahasa Inggris white-eye berasal) atau abu-abu.
Banyak anggotanya yang bersifat endemik di suatu pulau atau kepulauan, seperti jenis yang baru ditemukan tahun 2007 di Kepulauan Togian, Sulawesi Tengah.
Penampilan anggotanya sangat “biasa”, tidak ada ciri mencolok, kecuali adanya segaris lingkaran di sekitar mata. Sayapnya melingkar dan memiliki kaki yang kuat. Ukurannya kecil, hingga sepanjang 15cm. Warna bulu biasanya hijau kelabu, tetapi ada jenisnya yang memiliki bulu leher dan perut berwarna putih atau kuning. Semua anggotanya senang berkelompok, terbang dalam kawanan.
Dalam musim kawin, mereka membangun sarang di pohon dengan telur biru pucat 2-4 butir. Menu utamanya serangga dan buah-buah kecil, serta nektar.
Di Australia bahkan ada yang menjadi hama di perkebunan anggur karena bertengger di tangkai dan melukai tanaman. Akan tetapi biarpun kecil ukurannya, burung berwarna hijau kekuningan ini unik. Lingkar mata putihnya khas, terkesan seperti memakai kacamata. Rasanya tidak salah kalau burung ini disebut sebagai burung kacamata meskipun ada beberapa jenisnya yang tidak memilikinya. Daerah persebarannya adalah di wilayah tropika Afrika, Asia (Indomalaya), dan Australia bagian utara. Nama marganya berasal dari kata Yunani zosterops, yang berarti ”sabuk mata”.
Dari sekitar 22 jenis burung kacamata yang ada di seluruh Indonesia, si kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) ini salah satunya. Burung pemakan buah-buahan kecil, serangga dan nektar ini bisa kita jumpai di berbagai kawasan, mulai dari dataran rendah, perkotaan hingga pegunungan di ketinggian 1.400 m. Ukurannya yang kecil, ditambah gaya lincah dan gesitnya, bikin dia kadang sulit untuk dilihat. Warna bulunya pun mirip dedaunan. Walaupun begitu, suara cicitan ”ciw” yang tinggi dan berulang membuat burung ini dengan gampang dapat dideteksi keberadaannya. Apalagi burung yang dalam bahasa Inggrisnya bernama Oriental white-eye ini sering dijumpai dalam rombongan, berkelompok.
Baru-baru ini para peneliti Indonesia mempublikasikan temuan satu jenis burung kacamata baru yang diberi nama kacamata Togian atau Togian white-eye (Zosterops somadikartai) (2007). Anehnya, burung endemik P. Togian, Sulawesi Tengah ini tidak punya tanda kacamata seperti burung kacamata biasa atau saudara kacamata yang lainnya. Kacamata togian berhasil menambah daftar keragaman burung Indonesia menjadi 1.599 jenis. Hasil riset membanggakan itupun semakin mengukuhkan negara kita sebagai negara urutan pertama di dunia dari segi banyaknya jumlah burung endemik yang dimiliki.
Zosterops merupakan marga penciri burung kacamata, dan memiliki jumlah anggota terbesar. Secara tradisional, genus ini dimasukkan ke dalam suku Zosteropidae namun berdasarkan kajian filogeni terbaru, bisa jadi kelompok ini merupakan bagian dari suku Timaliidae.
Kajian terhadap data DNA yang terbaru menghasilkan gambaran bahwa marga ini kemungkinan bukan monofiletik. Meskipun demikian baru sedikit spesies yang telah dipelajari, dengan jenis-jenis dari Kepulauan Mikronesia yang paling banyak dikaji contohnya. Agaknya terdapat dua kelompok garis kekerabatan; kelompok timur yang nampak jelas berbeda dan kelompok barat yang kekerabatannya lebih dekat dengan jenis-jenis Asia Timur. Kekerabatan kelompok yang pertama (kelompok timur) dengan burung-burung marga Rukia masih perlu diteliti lebih lanjut. Juga, jenis kacamata Tanjung Harapan nampak berbeda garis kekerabatannya dengan jenis-jenis selebihnya, namun hal ini belum bisa dipastikan.
* Kacamata-kuning Afrika, Zosterops senegalensis
* Kacamata Kamerun, Zosterops (senegalensis) stenocricotus
* Kacamata Kirk, Zosterops (senegalensis) kirki
* Kacamata Pemba, Zosterops vaughani
* Kacamata sisi-berangan, Zosterops mayottensis
* Kacamata sisi-berangan Seychelles, Zosterops (mayottensis) semiflava – punah (akhir abad-19)
* Kacamata tepi-lebar, Zosterops poliogastrus – sebelumnya poliogaster
* Kacamata Kulal, Zosterops (poliogastrus) kulalensis
* Kacamata Taita, Zosterops (poliogastrus) silvanus
* Kacamata Pare selatan, Zosterops (poliogastrus) winifredae
* Kacamata Kikuyu, Zosterops (poliogastrus) kikuyuensis.
* Kacamata dada-putih, Zosterops abyssinicus
* Kacamata Tanjung Harapan, Zosterops pallidus
* Kacamata Sungai Orange, Zosterops (pallidus) pallidus
* Kacamata Madagascar, Zosterops maderaspatanus
* Kacamata Komoro, Zosterops mouroniensis
* Kacamata Sa* Tome, Zosterops ficedulinus
* Kacamata Annobon, Zosterops griseovirescens
* Kacamata Mascarene, Zosterops borbonicus
* Kacamata-kelabu Réunion, Zosterops (borbonicus) borbonicus
* Kacamata-kelabu Mauritius, Zosterops (borbonicus) mauritianus
* Kacamata Reunion, Zosterops olivaceus
* Kacamata-zaitun Mauritius, Zosterops chloronothos
* Kacamata Seychelles, Zosterops modestus
* Kacamata Sri Lanka, Zosterops ceylonensis
* Kacamata paha-berangan, Zosterops erythropleurus
* Kacamata biasa, Zosterops palpebrosus
* Kacamata Jepang, Zosterops japonicus
* Kacamata dataran-rendah, Zosterops meyeni
* Kacamata Enggano, Zosterops salvadorii
* Bridled White-eye, Zosterops conspicillatus – kemungkinan polifiletik atau parafiletik
* Kacamata Guam, Zosterops (conspicillatus) conspicillatus – punah (1983)
* Kacamata Rota, Zosterops rotensis – baru-baru ini dipisahkan dari Z. conspicillatus
* Kacamata polos, Zosterops hypolais
* Kacamata Kepulauan Caroline, Zosterops semperi
* Kacamata topi-hitam, Zosterops atricapilla – sebelumnya atricapillus
* Kacamata belukar, Zosterops everetti
* Kacamata kekuningan, Zosterops nigrorum
* Kacamata gunung, Zosterops montanus
* Kacamata Pulau Christmas, Zosterops natalis
* Kacamata Jawa, Zosterops flavus
* Kacamata laut, Zosterops chloris
* Kacamata limau, Zosterops citrinella – sebelumnya citrinellus
* Kacamata Kai, Zosterops grayi
* Kacamata Tual, Zosterops uropygialis
* Kacamata Sulawesi, Zosterops consobrinorum
* Kacamata Makasar, Zosterops anomalus
* Kacamata Wallacea, Zosterops wallacei
* Kacamata dahi-hitam, Zosterops atrifrons
* Kacamata Sangihe, Zosterops nehrkorni
* Opior dwiwarna (kacamata Seram), Zosterops stalkeri – terkadang dimasukkan ke dalam genus Tephrozosterops
* Kacamata Halmahera, Zosterops atriceps
* Kacamata kecil, Zosterops minor
* Kacamata Tagula, Zosterops meeki
* Kacamata kepala-hitam, Zosterops hypoxanthus
* Kacamata Biak, Zosterops mysorensis
* Kacamata Arfak, Zosterops fuscicapilla – sebelumnya fuscicapillus
* Kacamata Buru, Zosterops buruensis
* Kacamata Ambon, Zosterops kuehni
* Kacamata Papua, Zosterops novaeguineae
* Kacamata-kuning Australia, Zosterops luteus
* Kacamata pulau, Zosterops griseotinctus
* Kacamata Rennell, Zosterops rennellianus
* Kacamata belang, Zosterops vellalavella
* Kacamata Ranongga, Zosterops splendidus
* Kacamata Ghizo, Zosterops luteirostris
* Kacamata Solomon, Zosterops kulambangrae
* Kacamata Murphy, Zosterops murphyi
* Kacamata tenggorokan-kuning, Zosterops metcalfii
* Kacamata tenggorokan-kelabu, Zosterops rendovae
* Kacamata Malaita, Zosterops stresemanni
* Kacamata Santa Cruz, Zosterops santaecrucis
* Silvereye, Zosterops lateralis
* Lord Howe Silvereye, Zosterops (lateralis) tephropleurus – sebelumnya tephropleurus
* Lord Howe White-eye, Zosterops strenuus – sebelumnya strenua; punah (lk. 1918)
* Kacamata paruh-ramping, Zosterops tenuirostris
* Kacamata leher-putih, Zosterops albogularis
* Kacamata Lifou besar, Zosterops inornatus
* Layard’s White-eye, Zosterops explorator
* Kacamata dahi-kuning, Zosterops flavifrons
* Kacamata punggung-hijau, Zosterops xanthochroa – sebelumnya xanthochrous
* Kacamata Lifou kecil, Zosterops minutus
* Kacamata Samoa, Zosterops samoensis
* Dusky White-eye, Zosterops finschii
* Kacamata kecoklatan, Zosterops cinereus
* Kacamata-zaitun Yap, Zosterops oleagineus – terkadang ditempatkan dalam marga Rukia (R. oleaginea)
* Kacamata Togian, Zosterops somadikartai – baru dideskripsi tahun 2008
Berikut ini beberapa foto sebagian dari 22 jenis pleci yang ada di Indonesia:
(sebagaimana diposting Presiden Burung Pleci Mania Indonesia (Zosterops)
-GIAT MUNAS (SABTU, 07 JANUARI 2012)
Jam 12.00 : Registrasi – Wellcome Drink
Jam 13.00 s.d 17.30 – Munas
~~Maghrib~~
… Jam 18.00 Dinner
~~Isya’~~
Jam 19.00 s/d Selesai Hiburan (Elly Angelina & Nita Amanda)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~oOo~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
-GIAT LOMBA (MINGGU, 08 JANUARI 2012)
“estimasi waktu/tentatif”
Jam 10.30 : Perang BINTANG…..
Jam 11.30 : Kelas Munas (Tim Khusus)
~~~~~waktu Istirahat~~~~~
Jam 13.30 : Kelas PCMI
Jam 15.00 : Kelas Ombyokers (Tim Khusus)
====================================================
-Semua Kegiatan Tsb Diatas Dilaksanakan Di Taman Kuliner Condong Catur Sleman Jogjakarta
Lestarikan 22 jenis pleci yang ada di Indonesia saat ini ya.
Burung pleci atau kacamata atau mata puteh (Zosteropidae) – sumber: http://dokumenpcmi.wordpress.comMencakup sejumlah burung pengicau (Passeriformes) kecil yang cenderung tersebar di daerah tropika di Dunia Lama (termasuk Australasia). Genus pencirinya adalah Zosterops. Burung-burung anggota suku ini dicirikan dengan lingkaran di sekitar mata berwarna putih (dari sini nama bahasa Inggris white-eye berasal) atau abu-abu.
Banyak anggotanya yang bersifat endemik di suatu pulau atau kepulauan, seperti jenis yang baru ditemukan tahun 2007 di Kepulauan Togian, Sulawesi Tengah.
Penampilan anggotanya sangat “biasa”, tidak ada ciri mencolok, kecuali adanya segaris lingkaran di sekitar mata. Sayapnya melingkar dan memiliki kaki yang kuat. Ukurannya kecil, hingga sepanjang 15cm. Warna bulu biasanya hijau kelabu, tetapi ada jenisnya yang memiliki bulu leher dan perut berwarna putih atau kuning. Semua anggotanya senang berkelompok, terbang dalam kawanan.
Dalam musim kawin, mereka membangun sarang di pohon dengan telur biru pucat 2-4 butir. Menu utamanya serangga dan buah-buah kecil, serta nektar.
Di Australia bahkan ada yang menjadi hama di perkebunan anggur karena bertengger di tangkai dan melukai tanaman. Akan tetapi biarpun kecil ukurannya, burung berwarna hijau kekuningan ini unik. Lingkar mata putihnya khas, terkesan seperti memakai kacamata. Rasanya tidak salah kalau burung ini disebut sebagai burung kacamata meskipun ada beberapa jenisnya yang tidak memilikinya. Daerah persebarannya adalah di wilayah tropika Afrika, Asia (Indomalaya), dan Australia bagian utara. Nama marganya berasal dari kata Yunani zosterops, yang berarti ”sabuk mata”.
Dari sekitar 22 jenis burung kacamata yang ada di seluruh Indonesia, si kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) ini salah satunya. Burung pemakan buah-buahan kecil, serangga dan nektar ini bisa kita jumpai di berbagai kawasan, mulai dari dataran rendah, perkotaan hingga pegunungan di ketinggian 1.400 m. Ukurannya yang kecil, ditambah gaya lincah dan gesitnya, bikin dia kadang sulit untuk dilihat. Warna bulunya pun mirip dedaunan. Walaupun begitu, suara cicitan ”ciw” yang tinggi dan berulang membuat burung ini dengan gampang dapat dideteksi keberadaannya. Apalagi burung yang dalam bahasa Inggrisnya bernama Oriental white-eye ini sering dijumpai dalam rombongan, berkelompok.
Baru-baru ini para peneliti Indonesia mempublikasikan temuan satu jenis burung kacamata baru yang diberi nama kacamata Togian atau Togian white-eye (Zosterops somadikartai) (2007). Anehnya, burung endemik P. Togian, Sulawesi Tengah ini tidak punya tanda kacamata seperti burung kacamata biasa atau saudara kacamata yang lainnya. Kacamata togian berhasil menambah daftar keragaman burung Indonesia menjadi 1.599 jenis. Hasil riset membanggakan itupun semakin mengukuhkan negara kita sebagai negara urutan pertama di dunia dari segi banyaknya jumlah burung endemik yang dimiliki.
Zosterops merupakan marga penciri burung kacamata, dan memiliki jumlah anggota terbesar. Secara tradisional, genus ini dimasukkan ke dalam suku Zosteropidae namun berdasarkan kajian filogeni terbaru, bisa jadi kelompok ini merupakan bagian dari suku Timaliidae.
Kajian terhadap data DNA yang terbaru menghasilkan gambaran bahwa marga ini kemungkinan bukan monofiletik. Meskipun demikian baru sedikit spesies yang telah dipelajari, dengan jenis-jenis dari Kepulauan Mikronesia yang paling banyak dikaji contohnya. Agaknya terdapat dua kelompok garis kekerabatan; kelompok timur yang nampak jelas berbeda dan kelompok barat yang kekerabatannya lebih dekat dengan jenis-jenis Asia Timur. Kekerabatan kelompok yang pertama (kelompok timur) dengan burung-burung marga Rukia masih perlu diteliti lebih lanjut. Juga, jenis kacamata Tanjung Harapan nampak berbeda garis kekerabatannya dengan jenis-jenis selebihnya, namun hal ini belum bisa dipastikan.
* Kacamata-kuning Afrika, Zosterops senegalensis
* Kacamata Kamerun, Zosterops (senegalensis) stenocricotus
* Kacamata Kirk, Zosterops (senegalensis) kirki
* Kacamata Pemba, Zosterops vaughani
* Kacamata sisi-berangan, Zosterops mayottensis
* Kacamata sisi-berangan Seychelles, Zosterops (mayottensis) semiflava – punah (akhir abad-19)
* Kacamata tepi-lebar, Zosterops poliogastrus – sebelumnya poliogaster
* Kacamata Kulal, Zosterops (poliogastrus) kulalensis
* Kacamata Taita, Zosterops (poliogastrus) silvanus
* Kacamata Pare selatan, Zosterops (poliogastrus) winifredae
* Kacamata Kikuyu, Zosterops (poliogastrus) kikuyuensis.
* Kacamata dada-putih, Zosterops abyssinicus
* Kacamata Tanjung Harapan, Zosterops pallidus
* Kacamata Sungai Orange, Zosterops (pallidus) pallidus
* Kacamata Madagascar, Zosterops maderaspatanus
* Kacamata Komoro, Zosterops mouroniensis
* Kacamata Sa* Tome, Zosterops ficedulinus
* Kacamata Annobon, Zosterops griseovirescens
* Kacamata Mascarene, Zosterops borbonicus
* Kacamata-kelabu Réunion, Zosterops (borbonicus) borbonicus
* Kacamata-kelabu Mauritius, Zosterops (borbonicus) mauritianus
* Kacamata Reunion, Zosterops olivaceus
* Kacamata-zaitun Mauritius, Zosterops chloronothos
* Kacamata Seychelles, Zosterops modestus
* Kacamata Sri Lanka, Zosterops ceylonensis
* Kacamata paha-berangan, Zosterops erythropleurus
* Kacamata biasa, Zosterops palpebrosus
* Kacamata Jepang, Zosterops japonicus
* Kacamata dataran-rendah, Zosterops meyeni
* Kacamata Enggano, Zosterops salvadorii
* Bridled White-eye, Zosterops conspicillatus – kemungkinan polifiletik atau parafiletik
* Kacamata Guam, Zosterops (conspicillatus) conspicillatus – punah (1983)
* Kacamata Rota, Zosterops rotensis – baru-baru ini dipisahkan dari Z. conspicillatus
* Kacamata polos, Zosterops hypolais
* Kacamata Kepulauan Caroline, Zosterops semperi
* Kacamata topi-hitam, Zosterops atricapilla – sebelumnya atricapillus
* Kacamata belukar, Zosterops everetti
* Kacamata kekuningan, Zosterops nigrorum
* Kacamata gunung, Zosterops montanus
* Kacamata Pulau Christmas, Zosterops natalis
* Kacamata Jawa, Zosterops flavus
* Kacamata laut, Zosterops chloris
* Kacamata limau, Zosterops citrinella – sebelumnya citrinellus
* Kacamata Kai, Zosterops grayi
* Kacamata Tual, Zosterops uropygialis
* Kacamata Sulawesi, Zosterops consobrinorum
* Kacamata Makasar, Zosterops anomalus
* Kacamata Wallacea, Zosterops wallacei
* Kacamata dahi-hitam, Zosterops atrifrons
* Kacamata Sangihe, Zosterops nehrkorni
* Opior dwiwarna (kacamata Seram), Zosterops stalkeri – terkadang dimasukkan ke dalam genus Tephrozosterops
* Kacamata Halmahera, Zosterops atriceps
* Kacamata kecil, Zosterops minor
* Kacamata Tagula, Zosterops meeki
* Kacamata kepala-hitam, Zosterops hypoxanthus
* Kacamata Biak, Zosterops mysorensis
* Kacamata Arfak, Zosterops fuscicapilla – sebelumnya fuscicapillus
* Kacamata Buru, Zosterops buruensis
* Kacamata Ambon, Zosterops kuehni
* Kacamata Papua, Zosterops novaeguineae
* Kacamata-kuning Australia, Zosterops luteus
* Kacamata pulau, Zosterops griseotinctus
* Kacamata Rennell, Zosterops rennellianus
* Kacamata belang, Zosterops vellalavella
* Kacamata Ranongga, Zosterops splendidus
* Kacamata Ghizo, Zosterops luteirostris
* Kacamata Solomon, Zosterops kulambangrae
* Kacamata Murphy, Zosterops murphyi
* Kacamata tenggorokan-kuning, Zosterops metcalfii
* Kacamata tenggorokan-kelabu, Zosterops rendovae
* Kacamata Malaita, Zosterops stresemanni
* Kacamata Santa Cruz, Zosterops santaecrucis
* Silvereye, Zosterops lateralis
* Lord Howe Silvereye, Zosterops (lateralis) tephropleurus – sebelumnya tephropleurus
* Lord Howe White-eye, Zosterops strenuus – sebelumnya strenua; punah (lk. 1918)
* Kacamata paruh-ramping, Zosterops tenuirostris
* Kacamata leher-putih, Zosterops albogularis
* Kacamata Lifou besar, Zosterops inornatus
* Layard’s White-eye, Zosterops explorator
* Kacamata dahi-kuning, Zosterops flavifrons
* Kacamata punggung-hijau, Zosterops xanthochroa – sebelumnya xanthochrous
* Kacamata Lifou kecil, Zosterops minutus
* Kacamata Samoa, Zosterops samoensis
* Dusky White-eye, Zosterops finschii
* Kacamata kecoklatan, Zosterops cinereus
* Kacamata-zaitun Yap, Zosterops oleagineus – terkadang ditempatkan dalam marga Rukia (R. oleaginea)
* Kacamata Togian, Zosterops somadikartai – baru dideskripsi tahun 2008
Berikut ini beberapa foto sebagian dari 22 jenis pleci yang ada di Indonesia:
Komentar berhadiah digelar lagi untuk ulasan perawatan pleci jawara
Anda belum beruntung mendapat hadiah dalam acara Komentar Berhadiah
yang pengumumannya saya sampaikan kemarin? Jangan khawatir. Komentar
artikel berhadiah akan segera digelar lagi dalam tempo
sesingkat-singkatnya. Artikel yang perlu Anda komentari adalah ulasan perawatan burung pleci Zipper milik Om Irvan Sadewa.
Dalam artikel yang sedang saya susun ini, Anda bisa mencermati bagaimana rawatan harian pleci Zipper milik Om Irvan Sadewa sehingga dia bisa menjadi burung pleci papan atas yang sudah ditawar sampai harga Rp. 20 juta.
Termasuk di dalamnya adalah menu pakan harian, pola pemberiannya, pola pemasterannya dan sebagainya. Anda juga bisa mendengarkan rekaman terbaru suara pleci yang sudah menyabet gelar juara I di berbagai arena lomba di blog tengah ini.
Dalam artikel itu pula, insya Allah akan saya ulas cara pemilihan burung pleci berkaturanggan bagus, membedakan jenis kelamin pleci dan serba-serbi seputar burung pleci lainnya sebagai rangkaian dari artikel tentang burung pleci yang telah Om Kicau turunkan, yakni Jenis-jenis burung kacamata dan opior dan Menangkar burung pleci, perlu banyak kalsium dan protein.
Nah apa hadiah yang akan diberikan kepada komentator yang beruntung? Ya simak saja dalam artikel yang akan saya luncurkan sangat segera. Pastikan Anda rajin menengok blog Om Kicau, agar tidak ketinggalan pengumumannya.
Salam plecimania
Termasuk di dalamnya adalah menu pakan harian, pola pemberiannya, pola pemasterannya dan sebagainya. Anda juga bisa mendengarkan rekaman terbaru suara pleci yang sudah menyabet gelar juara I di berbagai arena lomba di blog tengah ini.
Dalam artikel itu pula, insya Allah akan saya ulas cara pemilihan burung pleci berkaturanggan bagus, membedakan jenis kelamin pleci dan serba-serbi seputar burung pleci lainnya sebagai rangkaian dari artikel tentang burung pleci yang telah Om Kicau turunkan, yakni Jenis-jenis burung kacamata dan opior dan Menangkar burung pleci, perlu banyak kalsium dan protein.
Nah apa hadiah yang akan diberikan kepada komentator yang beruntung? Ya simak saja dalam artikel yang akan saya luncurkan sangat segera. Pastikan Anda rajin menengok blog Om Kicau, agar tidak ketinggalan pengumumannya.
Salam plecimania
Menangkar burung pleci, perlu banyak kalsium dan protein
Ketika saya diajak Om Irvan Sadewa Jogja untuk meramaikan dunia plecimania, saya maju-mundur ragu-ragu, khawatir hal itu mendorong perburuan yang tidak terkontrol atas burung pleci atau burung kacamata (Zosterops). Namun karena ternyata burung pleci bisa ditangkar, maka untuk kali pertama saya menulis di blog ini tentang burung pleci, ya cerita tentang usaha penangkaran burung inilah yang saya angkat.
Seorang teman di Sukoharjo bilang, dia merasa kesulitan menangkarkan burung pleci karena kebanyakan punya perilaku buruk. Suka mengobrak-abrik sarang, sulit jodoh dan mudah atau rentan sekali mati.Saya pun penasaran untuk mencarikan jawab. Ketika saya browsing masalah penangkaran burung pleci, maka saya menemukan ada member Malaysia Bird Forum yang sudah berhasil — meski terbatas — dalam menangkarkan burung pleci yang di sana dikenal dengan sebutan mata puteh.
Ternyata member yang menggunakan username Softbillsaviary itu sudah melakukannya pada 5 tahun yang lalu. Untuk sukses menangkar burung pleci, dia memerlukan waktu satu tahun melalui trial and error.
Kendala yang sering dihadapinya adalah hampir sama dengan kendala yang dialami Mas Harto, teman Sukoharjo itu. Burung pleci suka merusak sarang setelah diintip atau merasa sedikit saja terganggu.
Perilaku tersebut menurut dugaan Softbillsaviary, berkaitan dengan masalah asupan pakan. Dikatakannya, untuk penangkaran burung pleci, perlu disediakan protein dan kalsium dalam jumlah cukup. Ketika kedua jenis asupan itu diberikannya, maka perilaku burung pleci menjadi lebih baik dan akhirnya semua kendala bisa dilalui dengan baik.
Menurut saya, bisa jadi apa yang dikatakan Softbillsaviary benar, hanya saja hubungannya menurut saya tidak langsung seperti itu. Sebab, semua burung yang kekurangan protein dan kalsium akan bermasalah dengan perilakunya.
Soal burung yang merusak sarang karena diintip-intip misalnya, menurut saya hal itu karena burung belum terbiasa saja. Banyak penangkar burung lovebird misalnya, yang pada awalnya mengeluhkan burung suka tidak mau meneruskan pengeraman jika terganggu. Namun menurut pengalaman saya dalam menangkar burung lovebird, kalau burung terbiasa dipegang-pegang sejak dia dijodohkan, maka dia tidak akan ada masalah dengan gangguan manusia yang mendekat ke kandangnya atau bahkan mengusik dan memegang-megang telur di sarang (lihat artikel ini: Q-A Penangkaran LB (1), Sangkar dan Gangguan).
Poin yang menarik dari apa yang ditulis Softbillsaviary adalah dia berhasil menangkar burung pleci.
Kalau dia bisa mengapa kita tidak? Jadilah Anda orang pertama yang berhasil menangkarkan burung pleci.
Jenis-jenis kacamata dan opior
Oke sebelum menutup artikel singkat ini, perlu kiranya sobat ketahui jenis-jenis burung pleci atau kacamata dan opior dan juga gambarnya. (LEBIH LENGKAPNYA BISA JUGA DILIHAT DI ARTIKEL INI)
1. Zosterops palpebrosus
(a) Ras Z. p. melanura (bagian terbesar jawa): perut kuning seluruhnya.
(b) Ras Z. p. buxtoni dan auriventer (jawa ujung barat, Kalimantan, Sumatera): pita kuning sempit pada perut tengah bawah.
2. Kacamata Enggano Zosterops salvadorii: Seperti Kacamata biasa (b), tetapi perut berwarna putih krem.
3. Kacamata topi-hitam Zosterops atricapilla: Kening dan mahkota kehitaman.
4. Kacamata belukar Zosterops everetti: Seperti Kacamata biasa (b), tetapi pita pada dada bawah tengah kuning lebih lebar; mahkota depan kekuningan.
5. Kacamata gunung Zosterops montanus: Iris pucat; tidak ada warna kuning pada perut; sisi tubuh kecoklatan.
6. Kacamata jawa Zosterops flavus: Lebih kecil dan lebih kuning dari Kacamata laut; tidak ada hitam pada kekangnya.
7. Kacamata laut Zosterops chloris: Berukuran lebih besar dan pucat daripada Kacamata jawa; bintik di sekitar kekang hitam.
8. Opior Jawa Lophozosterops javanicus: Tenggorokan abu-abu, lingkar mata tidak lengkap, kekang kuning. Opiro jawa ada dua, yakni (a) L. j. javanica (jawa tengah). (b) L. j. firontalis (jawa barat).
9. Opior Kalimantan Oculocincta squamifrons: Berukuran sangat kecil; lingkar mata putih sempit; mahkota depan berbintik-bintik.
10. Opior mata-hitam Chlorocharis emiliae: Berukuran besar; paruh panjang kemerahan; lingkar mata dan kekang hitam.
Salam plecimania
Jenis-jenis burung kacamata dan opior
Burung suku Zosteropidae (burung kacamata dan opior) adalah burung suku
besar yang terdapat di Afrika, Asia, dan Australia. Burung ini dinamakan
burung kacamata karena kebanyakan anggotanya memiliki lingkar bulu
keperakan di sekitar mata (terlihat seperti kacamata).
Umumnya burung kacamata dan opior berukuran kecil, panjang antara 9 cm
sampai yang terbesar 14 cm, seperti cikrak dengan bulu zaitun kehijauan
atau kekuningan, paruh kecil, ramping, dan sedikit melengkung, sayap
pendek, dan kaki kecil kuat.
Burung ini sangat gesit, bergerak tidak kenal lelah. Sering membentuk kelompok campuran, beterbangan di antara puncak pohon, mencari buah-buahan kecil dan serangga. Seperti sesap madu, mendatangi bunga-bungaan untuk mengisap madunya.
Suara berupa cicitan dan ketikan. Sarang berbentuk mangkuk yang bersih dan rapi, ditempatkan pada percabangan pohon.
Ada sepuluh jenis burung ini di kawasan Sunda Besar (Kalimantan, Jawa-Bali dan Sumatera).
Berikut ini gambar-gambarnya (klik dua kali untuk melihat ukuran normal):
Burung kacamata yang hanya endemik di wilayah Sumatera adalah burung kacamata Enggano atau Zosterops salvadorii, sementara burung yang khusus endemik di Jawa adalah burung Opior Jawa (Lophozosterops javanikus) yang terdiri dari L. j. javanica (Jawa Tengah) dan L. j. frontalis (Jawa Barat).
Burung kacamata dan opior endemik Kalimantan adalah burung kacamata belukar atau Zosterops everetti, burung opior kalimantan atau Oculocincta squamifrons, burung opior mata hitam atau Chlorocharis emiliae.
Burung kacamata topi-hitam atau topi-hitam Zosterops atricapilla hanya endemik di Kalimantan dan Sumatera sementara burung kacamata jawa atau Zosterops flaus endemik di Jawa dan Kalimantan.
Burung opior yang khusus endemik di Jawa dan Bali adalah burung opior jawa atau Lophozosterops javanikus. Sementara burung kacamata gunung atau Zosterops montanus hanya ada di Sumatera, Jawa dan Bali.
Burung kacamata yang merupakan endemik di Sumatera, Jawa-Bali dan Kalimantan adalah burung kacamata laut atau Zosterops chloris.
Ciri-ciri identifikasi burung kacamata
Kacamata biasa atau Zosterops palpebrosus terdiri dari ras Z. p. melanura (bagian terbesar jawa) dengn perut kuning seluruhnya, dan ras Z. p buxtoni dan auriventer (jawa ujung barat, Kalimantan, Sumatera) memiliki pita kuning sempit pada perut tengah bawah.
Kacamata Enggano atau Zosterops salvadorii seperti Kacamata biasa tetapi perut berwarna putih krem.
Kacamata topi-hitam atau Zosterops atricapilla memiliki kening dan mahkota kehitaman.
Kacamata belukar Zosterops everetti seperti Kacamata biasa tetapi pita pada dada bawah tengah kuning lebih lebar; mahkota depan kekuningan.
Kacamata gunung atau Zosterops montanus punya iris pucat; tidak ada warna kuning pada perut; sisi tubuh kecoklatan.
Kacamata Jawa Zosterops flaus lebih kecil dan lebih kuning dari kacamata laut; tidak ada hitam pada kekangnya.
Kacamata laut Zosterops chloris berukuran lebih besar dan pucat daripada kacamata jawa; bintik di sekitar kekang hitam.
Opior Jawa atau Lophozosterops javanikus pada tenggorokan berwarna abu-abu, lingkar mata tidak lengkap, dan kekang kuning. Burung ini ada dua jenis yakni L. j. javanica (Jawa tengah) dan L. j. frontalis (Jawa barat).
Opior Kalimantan atau Oculocincta squamifrons berukuran sangat kecil; lingkar mata putih sempit; mahkota depan berbintik-bintik.
Opior mata-hitam atau Chlorocharis emiliae berukuran besar; paruh panjang kemerahan; lingkar mata dan kekang hitam.
Sumber informasi dan gambar: Buku Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan, oleh John MacKinnon, Karen Phillipps dan Bas van Balen, terbitan LIPI – Burung Indonesia.
Burung ini sangat gesit, bergerak tidak kenal lelah. Sering membentuk kelompok campuran, beterbangan di antara puncak pohon, mencari buah-buahan kecil dan serangga. Seperti sesap madu, mendatangi bunga-bungaan untuk mengisap madunya.
Suara berupa cicitan dan ketikan. Sarang berbentuk mangkuk yang bersih dan rapi, ditempatkan pada percabangan pohon.
Ada sepuluh jenis burung ini di kawasan Sunda Besar (Kalimantan, Jawa-Bali dan Sumatera).
Berikut ini gambar-gambarnya (klik dua kali untuk melihat ukuran normal):
Burung kacamata yang hanya endemik di wilayah Sumatera adalah burung kacamata Enggano atau Zosterops salvadorii, sementara burung yang khusus endemik di Jawa adalah burung Opior Jawa (Lophozosterops javanikus) yang terdiri dari L. j. javanica (Jawa Tengah) dan L. j. frontalis (Jawa Barat).
Burung kacamata dan opior endemik Kalimantan adalah burung kacamata belukar atau Zosterops everetti, burung opior kalimantan atau Oculocincta squamifrons, burung opior mata hitam atau Chlorocharis emiliae.
Burung kacamata topi-hitam atau topi-hitam Zosterops atricapilla hanya endemik di Kalimantan dan Sumatera sementara burung kacamata jawa atau Zosterops flaus endemik di Jawa dan Kalimantan.
Burung opior yang khusus endemik di Jawa dan Bali adalah burung opior jawa atau Lophozosterops javanikus. Sementara burung kacamata gunung atau Zosterops montanus hanya ada di Sumatera, Jawa dan Bali.
Burung kacamata yang merupakan endemik di Sumatera, Jawa-Bali dan Kalimantan adalah burung kacamata laut atau Zosterops chloris.
Ciri-ciri identifikasi burung kacamata
Kacamata biasa atau Zosterops palpebrosus terdiri dari ras Z. p. melanura (bagian terbesar jawa) dengn perut kuning seluruhnya, dan ras Z. p buxtoni dan auriventer (jawa ujung barat, Kalimantan, Sumatera) memiliki pita kuning sempit pada perut tengah bawah.
Kacamata Enggano atau Zosterops salvadorii seperti Kacamata biasa tetapi perut berwarna putih krem.
Kacamata topi-hitam atau Zosterops atricapilla memiliki kening dan mahkota kehitaman.
Kacamata belukar Zosterops everetti seperti Kacamata biasa tetapi pita pada dada bawah tengah kuning lebih lebar; mahkota depan kekuningan.
Kacamata gunung atau Zosterops montanus punya iris pucat; tidak ada warna kuning pada perut; sisi tubuh kecoklatan.
Kacamata Jawa Zosterops flaus lebih kecil dan lebih kuning dari kacamata laut; tidak ada hitam pada kekangnya.
Kacamata laut Zosterops chloris berukuran lebih besar dan pucat daripada kacamata jawa; bintik di sekitar kekang hitam.
Opior Jawa atau Lophozosterops javanikus pada tenggorokan berwarna abu-abu, lingkar mata tidak lengkap, dan kekang kuning. Burung ini ada dua jenis yakni L. j. javanica (Jawa tengah) dan L. j. frontalis (Jawa barat).
Opior Kalimantan atau Oculocincta squamifrons berukuran sangat kecil; lingkar mata putih sempit; mahkota depan berbintik-bintik.
Opior mata-hitam atau Chlorocharis emiliae berukuran besar; paruh panjang kemerahan; lingkar mata dan kekang hitam.
Sumber informasi dan gambar: Buku Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan, oleh John MacKinnon, Karen Phillipps dan Bas van Balen, terbitan LIPI – Burung Indonesia.
Subscribe to:
Posts (Atom)